Friday, October 17, 2014

ASUHAN KEPERAWATAN SIROSIS HEPATIS


ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN SIROSIS HEPATIS


Description: STIKES Bhamada.jpg
 








DISUSUN OLEH KELOMPOK 2
KELAS 2B S1 ILMU KEPERAWATAN
1.     Aji Maulana
2.     Dede Rispriyanto
3.     Gilang Siwi Widodo
4.     Milatun Nafidah
5.     Neneng Vitriyah
6.     Sea Paradise
MATA KULIAH : KD II
DOSEN PEMBIMBING : DENI IRAWAN S.Kep.,Ns

STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
Jl. Cut Nyak Dien Kalisapu slawi Kab. Tegal
Telp.(0283) 6197570,6197571
TAHUN 2014 / 2015

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Saya sangat menyadari keterbatasan dan ilmu pengetahuan yang ada, sehingga hasil makalah ini perlu adanya pengkajian dan pengembangan lagi. Demi kesempurnaan penelitian selanjutnya, maka saya mengharapkan kritik dan saran pembaca.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah wawasan.

                                                            Tegal ,  Oktober  2014           

Penulis,
















DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………...  i
KATA PENGANTAR……………………………………………   ii
DAFTAR ISI……………………………………………………..    iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG MASALAH………………….   1
1.2  RUMUSAN MASALAH……………………..………  1
1.3  TUJUAN PENULISAN……………………………...   2
1.4  MANFAAT PENULISAN…………………………...   2
BAB II KONSEP TEORI
2.1 DEFINISI…………………………………………….    3
2.2 ETIOLOGI…………………………………………...    4
2.3 MANIFESTASI KLINIS…………………………….   4
2.4 PATOFISIOLOGI……………………………………   4
2.5 PATHWAYS…………………………………………    8
2.6 KOMPLIKASI………………………………………… 9
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG………………………            9
2.8 PENATALAKSANAAN………………………………            10
2.9 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN …………….  10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN………………………….   17
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN……………………………………….   28
4.2 SARAN……………………………………………….   28
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… 29

BAB I
PEDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita, sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.
Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh system arsitekture hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (firosis) di sekitar paremkin hati yang mengalami regenerasi.sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan strukture hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal.
Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ke tiga pada pasien yang berusai 45-46 tahun ( setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian.Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini.Sirosis hati merupakan panyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang perawatan penyakit dalam.Di Indonesia sirosis hati lebih sering di jumpai pada laki – laki dari pada perempuan.dengan perbandingan 2 – 4 : 1

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.         Apa definisi sirosis hepatis ?
2.         Apa saja etioogi sirosis hepatis ?
3.         Bagaimana Manifestasi klinik sirosis hepatis  ?
4.         Bagaimana patofisiologi sirosis hepatis ?
5.         Bagaimana Pemeriksaan penunjang pada sirosis hepatis ?
6.         Bagaimana Pentalaksanaan  pada sirosis hepatis ?
7.         Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan sirosis hepatis ?
1.3  TUJUAN
Tujuan secara umum  : mengerti tentang sirosis hepatis dan memahami apa yang harus di lakukan seorang perawat untuk menangani sirosis hepatis .
Tujuan secara khusus : mengetahui definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, kompikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan sirosis hepatis, dan asuhan keperawatan pada pasien dengan sirosis hepatis.

1.4  MANFAAT PENULISAN
Dengan diselesaikannya makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat berupa :
1.      Mengetahui tentang definisi sirosis hepatis.
2.      Mengetahui etiologi dari penyakit sirosis hepatis.
3.      Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada kasus sirosis hepatis yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi
















BAB II
KONSEP TEORI

2.1 DEFINISI SIROSIS HEPATIS
Sirosis hati adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatic yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenerative (Sudoyo Aru, dkk 2009)
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).
Sirosis hati adalaha prenyakit yang di tandai oleh adanya peradangan difusi dan menahun pada hati, Diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degerenasi dan regenerasi sel hati sehingga Timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati. (arif mansjoer, FKUI1999 )
Ada 3 tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati :
1.       Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
2.       Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3.       Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).
Bagian hati yang terlibat terdiri atas ruang portal dan periportal tempat kanalikulus biliaris dari masing-masing lobulus hati bergabung untuk membentuk saluran empedu baru. Dengan demikian akan terjadi pertumbuhan jaringan yang berlebihan terutama terdiri atas saluran empedu yang baru dan tidak berhubungan yang dikelilingi oleh jaringan parut.

2.2 ETIOLOGI SIROSIS HEPATIS
Menurut FKUI  1999, penyebab sirosis hepatis antara lain:
  1. Malnutrisi
  2. Alkohol
  3. Virus hepatis
  4. Hemokromatosis (kelebihan zat besi)
  5. Zat toksik

2.3 MANIFESTASI KLINIS SIROSIS HEPATIS
1.      Pembesaran hati
2.      Varises gastrointestinal
3.      Edema
4.      Obstruksi portal dan asites
5.      Defisiensi vitamin dan anemia
6.      Kemunduran mental
7.      Mual, muntah, anoreksia dan berat badan turun
8.      Diare
9.      Kelemahan otot dan perasaan cepat lelah

2.4 PATOFISIOLOGI SIROSIS HATI
Konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama.Sirosis terjadi paling tinggi pada peminum minuman keras.Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alkohol yang berlebihan merupakan faktor penyebab utama pada perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya.Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasan minum dan pada individu yang dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis dua kali lebih banyak daripada wanita dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 – 60 tahun.
Sirosis hepatis biasanya memiliki awitan yang insidus dan perjalanan penyakit yang sangat panjang sehingga kadang-kadang melewati rentang waktu 30 tahun/lebih.
Pada awal perjalanan sirosis, hati cenderung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak.Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi.Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi, permukaan hati akan teraba benjol-benjol (noduler).
Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal.Semua darah dari organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena portal dan dibawa ke hati. Karena hati yang  sirotik tidak memungkinkan pelintasan darah yang bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi tempat kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua organ tersebut akan dipenuhi oleh darah dan dengan demikian tidak dapat bekerja dengan baik. Pasien dengan keadaan semacam ini cenderung menderita dispepsia kronis atau diare. Berat badan pasien secara berangsur-angsur mengalami penurunan.
Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan asites. Hal ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau gelombang cairan. Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring telangiektasis, atau dilatasi arteri superfisial menyebabkan jaring berwarna biru kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui inspeksi terhadap wajah dan keseluruhan tubuh.
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrofik juga mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral sistem gastrointestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pernbuluh portal ke dalam pernbuluh darah dengan tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita sirosis sering memperlihatkan distensi pembuluh darah abdomen yang mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen (kaput medusae), dan distensi pembuluh darah di seluruh traktus gastrointestinal. Esofagus, lambung dan rektum bagian bawah merupakan daerah yang sering mengalami pembentukan pembuluh darah kolateral. Distensi pembuluh darah ini akan membentuk varises atau temoroid tergantung pada lokasinya.
Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan tekanan yang tinggi akibat sirosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami ruptur dan menimbulkan perdarahan. Karena itu, pengkajian harus mencakup observasi untuk mengetahui perdarahan yang nyata dan tersembunyi dari traktus gastrointestinal. Kurang lebih 25% pasien akan mengalami hematemesis ringan; sisanya akan mengalami hemoragi masif dari ruptur varises pada lambung dan esofagus.
Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya edema. Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi kalium.
Karena pembentukan, penggunaan dan penyimpanan vitamin tertentu yan tidak memadai (terutama vitamin A, C dan K), maka tanda-tanda defisiensi vitamin tersebut sering dijumpai, khususnya sebagai fenomena hemoragik yang berkaitan dengan defisiensi vitamin K. Gastritis kronis dan gangguan fungsi gastrointestinal bersama-sama asupan diet yang tidak adekuat dan gangguan fungsi hati turut menimbulkan anemia yang sering menyertai sirosis hepatis. Gejala anemia dan status nutrisi serta kesehatan pasien yang buruk akan mengakibatkan kelelahan hebat yang mengganggu kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
Manifestasi klinik lainnya adalah kemunduran fungsi mental dengan ensefalopati dan koma hepatik yang membakat. Karena itu, pemeriksaan neurologi perlu dilakukan pada sirosis hepatis dan mencakup perilaku umum pasien, kemampuan kognitif, orientasi terhadap waktu serta tempat, dan pola bicara.


2.5 PATHWAYS


2.6 KOMPLIKASI SIROSIS HEPATIS
1.      Perdarahan gastrointestinal
2.      Hipertensi portal menimbulkan varises esopagus, dimana suatu saat akan pecah, sehingga timbul perdarahan yang masip.
3.      Koma Hepatikum.
4.      Ulkus Peptikum
5.      Karsinoma hepatosellural

2.7  PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan fungsi hepar abnormalterdapat adanya anemia, gangguan faal hati (penurunan kadar albumin serum, peninggian kadar globulin serum, peninggian kadar bilirubin direk dan indirek), jumlah sel darah putih menurun (leukopenia), dan trombositopenia, penurunan enzim kolinesterse, sertapeninggian SGOT dan SGPT.
2.      Peningkatan bilirubin serum (disebabkan oleh kerusakan metabolisme bilirubin)
3.      Peningkatan kadar amonia darah (akibat dari kerusakan metabolisme protein)
4.      Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT dan AST (akibat dari destruksi jaringan)
5.      PT memanjang (akibat dari kerusakan sintesis protrombin dan faktor pembekuan)
6.      Biopsi hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaanq serum dan pemeriksaan radiologis tak dapat menyimpulkanUltrasound, skan CT atau MRI dilakukan untuk mengkaji ukuran hepar, derajat obstruksi dan aliran darah hepatik.
7.      Pemeriksaan alfa feto protein (AFP). Bila ininya terus meninggi atau >500-1.000 berarti telah terjadi transformasi ke arah keganasan yaitu terjadinya kanker hati primer (hepatoma).
8.      Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara lain ultrasonografi (USG), pemeriksaan radiologi dengan menelan bubur barium untuk melihat varises esofagus, pemeriksaan esofagoskopi untuk melihat besar dan panjang varises serta sumber pendarahan, pemeriksaan sidikan hati dengan penyuntikan zat kontras, angografi, dan endoscopic retrograde chlangiopancreatography (ERCP).

2.8  PENATALAKSANAAN
1.      Istirahat ditempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites dan demam
2.      Diit rendah protein ( diet hati III : protein 1 g/kg BB, 55 g protein , 2.000 kalori ). Bila ada asites diberikan diet rendah garam II ( 600-800mg ) atau III ( 1.000-2.000 mg ). Bila proses tidak aktif, diperlukan diet tinggi kalori ( 2.000-3.000  kalori ) dan tinggi protein ( 80 – 125 g/ hari )
3.      Mengatasi infeksi dengan antibiotik, diusahakan memakan obat-obatan yang jelas tidak hepatotoksik
4.      Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan pemberian asam amino esensial berantai cabang dan glukosa
5.      Roboransia, vitamin B kompleks, dilarang makan dan minum yang mengandung alkohol.

2.9  KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.       PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan berfokuskan pada awitan gejala dan riwayat faktor-faktor pencetus, khususnya penyalahgunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama disamping asupan makanan dan perubahan dalam status jasmani serta rohani penderita.Pola penggunaan alkohol yang sekarang dan pada masa lampau (durasi dan jumlahnya) dikaji serta dicatat.Yang juga harus dicatat adalah riwayat kontak dengan zat-zat toksik di tempat kerja atau selama melakukan aktivitas rekreasi.Pajanan dengan obat-obat yang potensial bersifat hepatotoksik atau dengan obat-obat anestesi umum dicatat dan dilaporkan.
Status mental dikaji melalui anamnesis dan interaksi lain dengan pasien; orientasi terhadap orang, tempat dan waktu harus diperhatikan. Kemampuan pasien untuk melaksanakan pekerjaan atau kegiatan rumah tangga memberikan informasi tentang status jasmani dan rohani.Di samping itu, hubungan pasien dengan keluarga, sahabat dan teman sekerja dapat memberikan petunjuk tentang kehilangan kemampuan yang terjadi sekunder akibat meteorismus (kembung), perdarahan gastrointestinal, memar dan perubahan berat badan perlu diperhatikan.
Status nutrisi yang merupakan indikator penting pada sirosis dikaji melalui penimbangan berat yang dilakukan setiap hari, pemeriksaan antropometrik dan pemantauan protein plasma, transferin, serta kadar kreatinin.
B.       DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan.
2.      Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan pembentukan edema.
3.      Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hati yang membesar serta nyeri tekan dan asites.
4.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat sekunder terhadap anoreksia.
5.      Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan pembentukan edema.
6.      Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
7.      Ansietas
8.      Resiko ketidakseimbangan elektrolit
9.      Diare
10.  Ketidakmampuan koping keluarga
11.  Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
12.  Resiko perdarahan


C.       INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Keperawatan
Rasional
Hasil yang diharapkan
Diagnosa Keperawatan    :   intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan.
Tujuan                              : peningkatan energi dan partisipasi dalam aktivitas.
1.    Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein
2.    Berikan suplemen vitamin (A, B kompleks, C dan K)
3.    Motivasi pasien untuk melakukan latihan  yang diselingi istirahat
4.    Motivasi dan bantu pasien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang ditingkatkan secara bertahap
1.    Memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi proses penyembuhan.
2.    Memberikan nutrien tambahan.

3.    Menghemat tenaga pasien sambil mendorong pasien untuk melakukan latihan dalam batas toleransi pasien.
4.    Memperbaiki perasaan sehat secara umum dan percaya diri
1.    Melaporkan peningkatan kekuatan dan kesehatan pasien.
2.     Merencanakan aktivitas untuk memberikan kesempatan istirahat yang cukup.
3.    Meningkatkan aktivitas dan latihan bersamaan dengan bertambahnya kekuatan.
4.    Memperlihatkan asupan nutrien yang adekuat dan menghilangkan alkohol dari diet.
Diagnosa keperawatan : gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan pembentukan edema.
Tujuan                              : memperbaiki integritas kulit dan proteksi jaringan yang mengalami edema.
1.    Batasi natrium seperti yang diresepkan.
2.    Berikan perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit.
3.    Balik dan ubah posisi pasien dengan sering.
4.    Timbang berat badan dan catat asupan serta haluaran cairan setiap hari.
5.    Lakukan latihan gerak secara pasif, tinggikan ekstremitas edematus.
6.    Letakkan bantalan busa yang kecil dibawah tumit, maleolus dan tonjolan tulang lainnya.
1.    Meminimalkan pembentukan edema.
2.    Jaringan dan kulit yang edematus mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan terhadap tekanan serta trauma.
3.    Meminimalkan tekanan yang lama dan meningkatkan mobilisasi edema.
4.    Memungkinkan perkiraan status cairan dan pemantauan terhadap adanya retensi serta kehilangan cairan dengan cara yang paling baik.
5.    Meningkatkan mobilisasi edema.
6.    Melindungi tonjolan tulang dan meminimalkan trauma jika dilakukan dengan benar.
1.   Memperlihatkan turgor kulit yang normal pada ekstremitas dan batang tubun.
2.   Tidak memperlihatkan luka pada kulit.
3.   Memperlihatkan jaringan yang normal tanpa gejala eritema, perubahan warna atau peningkatan suhu di daerah tonjolan tulang.
4.   Mengubah posisi dengan sering.
Diagnosa keperawatan : Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal.
Tujuan                              : Perbaikan status nutrisi.
1.    Motivasi pasien untuk makan makanan dan suplemen makanan.
2.    Tawarkan makan makanan dengan porsi sedikit tapi sering.
3.    Hidangkan makanan yang menimbulkan selera dan menarik dalam penyajiannya.
4.    Pantang alkohol.
5.    Pelihara higiene oral sebelum makan.
6.    Pasang ice collar untuk mengatasi mual.
7.    Berikan obat yang diresepkan untuk mengatasi mual, muntah, diare atau konstipasi.
8.    Motivasi peningkatan asupan cairan dan latihan jika pasien melaporkan konstipasi.
9.    Amati gejala yang membuktikan adanya perdarahan gastrointestinal.
1.    Motivasi sangat penting bagi penderita anoreksia dan gangguan gastrointestinal.
2.    Makanan dengan porsi kecil dan sering lebih ditolerir oleh penderita anoreksia.
3.    Meningkatkan selera makan dan rasa sehat.
4.    Menghilangkan makanan dengan “kalori kosong” dan menghindari iritasi lambung oleh alkohol.
5.    Mengurangi citarasa yang tidak enak dan merangsang selera makan.
6.    Dapat mengurangi frekuensi mual.
7.    Mengurangi gejala gastrointestinal dan perasaan tidak enak pada perut yang mengurangi selera makan dan keinginan terhadap makanan.
8.    Meningkatkan pola defekasi yang normal dan mengurangi rasa tidakenak serta distensi pada abdomen.
9.    Mendeteksi komplikasi gastrointestinal yang serius.
1.   Memperlihatkan asupan makanan yang tinggi kalori, tinggi protein dengan jumlah memadai.
2.   Mengenali makanan dan minuman yang bergizi dan diperbolehkan dalam diet.
3.   Bertambah berat tanpa memperlihatkan penambahan edema dan pembentukan asites.
4.   Mengenali dasar pemikiran mengapa pasien harus makan sedikit-sedikit tapi sering.
5.    Melaporkan peningkatan selera makan dan rasa sehat.
6.    Menyisihkan alkohol dari dalam diet.
7.    Turut serta dalam upaya memelihara higiene oral sebelum makan dan menghadapi mual.
8.    Menggunakna obat kelainan gastrointestinal seperti yang diresepkan.
9.    Melaporkan fungsi gastrointestinal yang normal dengan defekasi yang teratur.
10.              Mengenali gejala  yang dapat dilaporkan: melena, pendarahan yang nyata.
Diagnosa keperawatan : Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hati yang membesar serta nyeri tekan dan asites.
Tujuan                              : Peningkatan rasa kenyamanan.
1.    Pertahankan tirah baring ketika pasien mengalami gangguan rasa nyaman pada abdomen.
2.    Berikan antipasmodik dan sedatif seperti yang diresepkan.
3.    Kurangi asupan natrium dan cairan jika diinstruksikan.
1.    Mengurangi kebutuhan metabolik dan melindungi hati, Mengurangi iritabilitas traktus gastrointestinal dan nyeri serta gangguan rasa nyaman pada abdomen.
2.    Memberikan dasar untuk mendeteksi lebih lanjut kemunduran keadaan pasien dan untuk mengevaluasi intervensi.
3.    Meminimalkan pembentukan asites lebih lanjut.
1.   Mempertahankan tirah baring dan mengurangi aktivitas ketika nyeri terasa.
2.   Menggunakan antipasmodik dan sedatif sesuai indikasi dan resep yang diberikan.
3.   Melaporkan pengurangan rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman pada abdomen.
4.   Melaporkan rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman jika terasa.
5.   Mengurangi asupan natrium dan cairan sesuai kebutuhan hingga tingkat yang diinstruksikan untuk mengatasi asites.
6.   Merasakan pengurangan rasa nyeri.
7.   Memperlihatkan pengurangan rasa nyeri.
8.   Memperlihatkan pengurangan lingkar perut dan perubahan berat badan yang sesuai.
Diagnosa keperawatan : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan pembentukan edema.
Tujuan                              : Pemulihan kepada volume cairan yang normal.
1.    Batasi asupan natrium dan cairan jika diinstruksikan.
2.    Berikan diuretik, suplemen kalium dan protein seperti yang dipreskripsikan.
3.    Catat asupan dan haluaran cairan.
4.    Ukur dan catat lingkar perut setiap hari.
5.    Jelaskan rasional pembatasan natrium dan cairan.
1.    Meminimalkan pembentukan asites dan edema.
2.    Meningkatkan ekskresi cairan lewat ginjal dan mempertahankan keseimbangan cairan serta elektrolit yang normal.
3.    Menilai efektivitas terapi dan kecukupan asupan cairan.
4.    Memantau perubahan pada pembentukan asites dan penumpukan cairan.
5.    Meningkatkan pemahaman dan kerjasama pasien dalam menjalani dan melaksanakan pembatasan cairan.
1.    Mengikuti diet rendah natrium dan pembatasan cairan seperti yang diinstruksikan.
2.    Menggunakan diuretik, suplemen kalium dan protein sesuai indikasi tanpa mengalami efek samping.
3.    Memperlihatkan peningkatan haluaran urine.
4.    Memperlihatkan pengecilan lingkar perut.
5.    Mengidentifikasi rasional pembatasan natrium dan cairan.
Diagnosa keperawatan : Pola napas yang tidak efektif berhubungan dengan asites dan restriksi pengembangan toraks akibat aistes, distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks.
Tujuan                              : Perbaikan status pernapasan.
1.    Tinggalkan bagian kepala tempat tidur.
2.    Hemat tenaga pasien.
3.    Ubah posisi dengan interval.
4.    Bantu pasien dalam menjalani parasentesis atau torakosentesis.

1.    Mengurangi tekanan abdominal pada diafragma dan memungkinkan pengembangan toraks dan ekspansi paru yang maksimal.
2.    Mengurangi kebutuhan metabolik dan oksigen pasien.
3.    Meningkatkan ekspansi (pengembangan) dan oksigenasi pada semua bagian paru).
4.    Parasentesis dan torakosentesis (yang dilakukan untuk mengeluarkan cairan dari rongga toraks) merupakan tindakan yang menakutkan bagi pasien. Bantu pasien agar bekerja sama dalam menjalani prosedur ini dengan meminimalkan resiko dan gangguan rasa nyaman.
1.    Mengalami perbaikan status pernapasan.
2.    Melaporkan pengurangan gejala sesak napas.
3.    Melaporkan peningkatan tenaga dan rasa sehat.
4.    Memperlihatkan frekuensi respirasi yang normal (12-18/menit) tanpa terdengarnya suara pernapasan tambahan.
5.    Memperlihatkan pengembangan toraks yang penuh tanpa gejala pernapasan dangkal.
6.    Memperlihatkan gas darah yang normal.
7.    Tidak mengalami gejala konfusi atau sianosis.











BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
SIROSIS HEPATIS
KASUS
Seorang laki laki dewasa (55 tahun) datang dengan keluhan perut kembung, rasa tidak enak, spider navi (+), asites (+), klien mengatakan malas untuk makan, klien waktu remaja sering mengonsumsi alcohol dalam jangka waktu yang lama, lab : SGOT 48, SGPT 52, total protein 9,1 , hasil USG didapatkan pembesaran hepar dan limpa.

A.    PENGKAJIAN
1.    IDENTITAS PASIEN
a.    Nama                                                          : Tn. M
b.    Tempat dan tanggal lahir                            : Klaten, 14 Maret 1969
c.    Pendidikan terakhir                                                : SD
d.   Agama                                                        : Islam
e.    Status perkawinan                                      : Menikah
f.     Tinggi Badan / Berat Badan                       : 155 cm/43 kg
g.    Penampilan umum                                       : Composmentis         tampak lemah
h.    Ciri – ciri tubuh                                           : Tinggi, kulit sawo matang
i.      Alamat                                                         : Jl. Prayan No. 14, Jetis, Karang Nongko, Klaten
j.      Orang terdekat yang mudah dihubungi     :Ny. D
k.    Hubungan dengan klien                             : Istri klien
l.      Tanggal masuk RS                                      : 23 April 2014
m.  Diagnosa medis                                          : Sirosis Hepatis
n.    No. RM                                                      : 99.10.10


2.                KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh perutnya kembung dan rasa tidak enak.
3.       RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit klien merasakan perutnya kembung. Klien menganggap kembungnya hanya karena masuk angin biasa, sehingga hanya diatasi  dengan meminum jamu antimasuk angin dan diolesi dengan minyak kayu putih. Dua hari berikutnya perutnya dirasakan semakin tidak enak. Klien diperiksa ke puskesmas terdekat dan dirujuk ke RSU untuk dirawat. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 23 April 2014 didapatkan adanya asites, permukaan perut tampak tidak rata dan membesar, terdapat spider navi, ada nyeri tekan di bagian hati dan limpa. Klien juga mengatakan napsu makannya menurun.
4.         RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Klien mengatakan sewaktu remaja sering mengonsumsi alkohol dalam jangka waktu yang lama.
5.       RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ayah klien mempunyai riwayat penyakit hepatitis sewaktu masih hidup.
6.         RIWAYAT LINGKUNGAN
Tipe tempat tinggal permanent dengan jumlah kamar ada 3. Jumlah orang yang tinggal di rumah sebanyak 4 orang,  dengan kondisi tempat tinggal penerangan cukup, kebersihan dan kerapihan cukup, sirkulasi udara cukup,keadaan kamar mandi cukup baik tidak terlalu tinggi dan tidak licin.
7.    POLA FUNGSI KESEHATAN
a.    Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
-          Sebelum sakit klien beraktivitas dengan normal. Klien tidak mengetahui penyakit yang diderita klien. Klien menganggap kembung yang dirasakan hanya sekedar kembung biasa. Klien hanya pergi ke puskesmas terdekat saat sakit.
-          Selama sakit klien mengurangi aktivitas, klien tidak menyukai keadaannya dan berharap cepat sembuh.
b.    Pola aktifitas dan latihan
-          Sebelum sakit klien bekerja diperusahaan swasta. Klien jarang  melakukan kegiatan olah raga.
-          Selama sakit klien lebih banyak istirahat.
c.    Pola nutrisi dan metabolik
-          Sebelum sakit pasien makan 3 x/sehari dengan porsi 1 kali makan habis, minum air teh atau putih 1000 cc/hari.
-          Selama sakit pasien makan 3x/hari dengan pola makan habis ½ porsi habis dan minum air putih 700 cc/hari.
d.   Pola eliminasi
-            Sebelum sakit pasien BAB 1x/hari dengan konsentrasi padat, bau khas dan warnanya kuning kecoklatan. BAK 900 – 1000 cc/hari dengan warna kuning pekat dan bau khas.
-            Selama sakit pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi padat, bau khas dan warnanya kuning kecoklatan BAK 600 - 800 cc/hari dengan warna kuning pekat dan bau khas.
e.    Pola istirahat dan tidur
-            Sebelum sakit pasien tidur 7-8 jam pada malam hari dan kadang tidur siang selama 1 jam.
-            Selama sakit pasien tidur 4-5 jam dan kadang-kadang sering terbangun. Tidur siang  1-2 jam.
f.     Pola kognitif persepsi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan  lancar. Pasien mengatakan ada kembung diperut dan akan terasa nyeri jika perut ditekan.
g.    Pola sensori visual
-          Test tajam tumpul: dapat membedakan antara tajam dan tumpul
-          Test panas dingin : dapat membedakan antara panas dan dingin
h.    Pola toleransi dan koping terhadap stress
Apabila pasien ada masalah selalu dibicarakan dengan keluarganya.
i.      Persepsi diri / konsep diri
Klien mengatakan pasrah dengan penyakit yang dideritanya.Klien berharap dapat sembuh dan dapat menjalankan aktifitasnya dengan normal.
j.      Pola seksual dan reproduksi
Pasien berjenis kelamin pria dan sudah menikah mempunyai 2 anak.
k.    Pola nilai dan keyakinan
-     Sebelum sakit klien selalu menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim (shalat 5 waktu). Klien kurang mengetahui akan penyakitnya namun klien percaya bahwa penyakitnya dapat disembuhkan.
-     Selama sakit klien melaksanakan shalat 3 – 4 waktu dan sering berdoa
8.                PEMERIKSAAN FISIK
a.    Survey umum
1.    Keadaan umum                          : Lemah
2.    Kesadaran                                  : composmentis
3.    Tanda – tanda vital
-               TD             : 110/70 mmHg
-               N               : 80 x/menit
-               RR             : 24 x/menit
-               Suhu          : 36,50C
4.    Antropometri
-               TB             : 155 cm
-               BB             : 43 kg
-               IMT           : 17,8



b.    Kulit, rambut dan kuku
1.    Kulit       : Warna sawo matang, tekstur kasar, kering, turgor kembali dalam 4 detik, terdapat spider navi di perut, kulit agak kekuningan
2.    Rambut  : Hitam kemerahan, kasar, penyebaran merata, tampak pendek dan lurus, dan bersih.
3.    Kuku      : warna transparan, bentuk cembung 160°, dapat kembali dalam ± 1 detik setelah ditekan, tekstur halusdan tidak ada kotoran.
c.    Kepala dan leher
1.    Kepala   : Bentuk bulat lonjong, posisi tegak lurus dengan bahu, tidak ada benjolan dan lesi, dan bersih
2.    Mata       : sklera ikterik
3.    Telinga   : Simetris, serumen tidak ada, tidak ada gangguan pendengaran
4.    Hidung   : Simetris ka/ki, bersih, tidak ada gangguan penciuman
5.    Mulut     : Gigi utuh, kebersihan cukup baik, mukosa mulut kering, caries tidak ada
6.    Leher      : Tidak ada pembesaran kelenjar teroid, kekakuan leher tidak ada
d.   Toraks dan paru-paru
1.                                 Toraks : Simetris ki/ka, RR 24 x/menit, irama teratur dan tidak ada suara tambahan
2.    Jantung
-       I                    : denyut jantung normal, tidak ada dorongan, ictus cordis tidak tampak
-      P                   : tidak ada pulsasi, ictus cordis  teraba di midklavikula intercosta 5
-       P                  : ukuran dan bentuk jantung dalam batas normal
-       A                 : terdengar suara lup dan dup, suara jantung tunggal

3.                                 Paru – paru
-       I                  : Simetris
-       P                  : Fremitus kanan / kiri : normal kanan/kiri
-       P                  : Sonor ka/ki
-       A                 : vesikuler ka/ki
e.    Abdomen
-            I                       : Bentuk asimetris
-            A                     : Bising usus 13x/menit
-            P                      : Hati dan limfe  teraba, nyeri tekan (+)
-            P                      : Hipertimpani
f.     Genetalia                : Bersih tidak ada kelainan dibuktikan tidak terpasang kateter
g.    Rectum dan anus   : Klien mengatakan tidak ada hemoroid
h.    Ekstremitas
-       Atas       : tangan kiri dan tangan kanan dapat digerakan kesegala arah
-       Bawah    : Ke dua kaki dapat digerakan kesegala arah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN
JUMLAH
NORMAL
SGOT
48u/L
3-45 u/L
SGPT
52u/L
0-35 u/L
Protein
9,1 g/dL
6,3 - 7,9 g/dL
Kalium
5,63 mEg/l
3,6 – 5,6 mEq/l
Natrium
146 meq/l
137 – 145 mEq/l
Klorida
109 mEg/l
98 – 107 Eq/l
USG
Terdapat hematomegali dan splenomegali


B.     ANALISA DATA
No
Tgl/Jam
Data
Problem
Etiologi
1
23 April 2-14/08.30 WIB
KlDS :
-       Klien mengeluh perutnya terasa kembung.
DO:
-        Asites (+)
-       Perut tampak membesar
-       Ka 5,63 mEg/l (normalnya : 3,6 – 5,6 mEq/l), Na 146 meq/l (normalnya : 137 – 145 mEq/l), Cl 109 mEg/l (normalnya : 98 – 107 Eq/l)
Kelebihan volume cairan
Pembentukan asites
2
23 April 2-14/08.30 WIB
DS :
-   P : nyeri karena perut membesar
-   Q  : seperti ditekan
-   R : nyeri pada daerah perut kanan atas
-   S : 5
-   T : saat ditekan pada daerah perut atas
DO :
-Klien tampak menyeringai saat ditekan pada daerah perut
-Perut klien tampak membesar
-Pemeriksaan USG didapat hepatomegali dan splenomegali
Nyeri
Pembengkakan hepar dan limpa
3
23 April 2-14/08.30 WIB
DS :
- Klien mengatakan napsu makan menurun
- Klien mengatakan makan habis ½ porsi
DO :
-    BB sebelum sakit 45 kg,  selama sakit 43 kg
-    TB 155 kg
-    IMT 17,8 (kurus)
-    Klien tampak lemah
-    Makan habis ½ porsi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
Anoreksia

C.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Kelebihan volume cairan berhubungan dengan pembentukan asites
2.      Nyeri berhubungan dengan pembengkakan hepar dan limpa
3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

D.    INTERVENSI KEPERAWATAN
NO. DX
TUJUAN
KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
TTD
1
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pada pasien dengan kaelebihan volume cairan dapat teratasi
- asites (-)
- ukuran perut normal
- Ka 5,3 mEg/l (normalnya : 3,6 – 5,6 mEq/l), Na 143  meq/l (normalnya : 137 – 145 mEq/l), Cl 105 mEg/l (normalnya : 98 – 107 Eq/l)
-      Awasi tekanan darah setiap 3 jam sekali.

-      Atasi natrium dan air: diet TKRP RG dan minum ± 700 cc/24 jam.


-      Kolaborasi therapi diuretik.
-    Tekanan darah yang meningkat berhubungan dengan kelebihan cairan
-    Meminimalkan retensi cairan dalam area ekstravaskular. Pembatasan cairan untuk memperbaiki pengenceran hiponatremia
-    Mengontrol asites

2
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pada pasien dengan pembengkakan hati dan limpa dapat teratasi
Pain Control
-mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Pain Level
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang (3)
-tidak menunjukan ekspresi wajah menahan nyeri
Comfort Level
-menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Pain Management
-      Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.
-      Ajarkan teknik nonfarmakologi (relaksasi dengan napas dalam)
-      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik
-      Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

-    Untuk menentukan intervensi yang sesuai dan keefektifa dari therapi yang diberikan

-    Untuk mengurangi rasa nyeri

-    Untuk mengurangi nyeri

-    Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan


3
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pada pasien dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi
Nutritional Status
- Adanya peningkatan berat badan (45 kg)
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- napsu makan meningkat ( habis 1 porsi)
Nutritional status : energy (1007)
- Klien tampak segar
Nutrition Theraphy (1120)
-       Berikan suplemen nutrisi


-       Berikan makanan kesukaan pasien dengan pertimbangan ahli gizi

-       Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
-       Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi untuk tubuh

-       Suplemen nutrisi membantu pasien mendapatkan zat nutrien sesuai dengan kebutuhan tubuh
-       Menambah nafsu makan pasien dengan tetap memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
-       Untuk memberikan asupan makanan pasien sesering mungkin.
-       Untuk mengetahui pentingnya kebutuhan nutrisi bagi pasien




CATATAN PERKEMBANGAN
Nama       : Tn. M                       Hari.Tanggal              : 25 April 2014
Jam          : 10.00 WIB

IMPLEMENTASI
EVALUASI
DS :
  1. Klien mengeluh perutnya terasa kembung.
  2. Kien mengatakan nyeri karena perut membesar, terasa seperti ditekan, nyeri menyebar pada daerah perut kanan atas dengan skala 5 dan terasa saat ditekan pada daerah perut atas
  3. Klien mengatakan napsu makan menurun dan makan habis ½ porsi

DO :
  1. Asites (+), perut tampak besar, Ka 5,63 mEg/l (normalnya : 3,6 – 5,6 mEq/l), Na 146 meq/l (normalnya : 137 – 145 mEq/l), Cl 109 mEg/l (normalnya : 98 – 107 Eq/l)
  2. Klien tampak menyeringai saat ditekan pada daerah perut dan tampak membesar, terdapat hepatomegali dan splenomegaly
  3. BB sebelum dan selama sakit : 45kg/43kg, TB 155 cm, IMT 17,8 (kurus), Klien tampak lemah, Makan habis ½ porsi

DIAGNOSA
1.      Kelebihan volume cairan berhubungan dengan pembentukan asites
2.      Nyeri berhubungan dengan pembengkakan hepar dan limpa
3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

TINDAKAN
1.1     Awasi tekanan darah setiap 3 jam sekali.
1.2     Batasi natrium dan air: diet TKRP RG dan minum ± 700 cc/24 jam.
1.3     Kolaborasi therapi diuretik.
2.1    Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.
2.2    Mengajarkan teknik nonfarmakologi (relaksasi dengan napas dalam)
2.3    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik
3.1    Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi bagi tubuh
3.2    Memberikan makanan kesukaan pasien dengan pertimbangan ahli gizi
3.3    Memberikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
3.4    Memberikan suplemen nutrisi

RTL :
1.1  awasi tekanan darahs etiap 3 jam
1.2  kolaborasi pemberian terapi diuretic
2.1    ulangi pengkajian nyeri secara komprehensif
2.2    kolborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
3.1    berikan suplemen nutrisi yang bisa menambah napsu makan pasien

S :
1.    Klien mengatakan perutnya masih terasa kembung
2.    Klien mengatakan masih terasa nyeri ketika perut kanan ditekan, skala nyeri 3 dan sudah dapat melakukan teknik dapas dalam secara mandiri
3.    Klien mengatakan napsu makan mulai meningkat dan bisa menghabiskan ¾ porsi

O :
1.    Asites (+)
2.    Klien masih tampak menyeringai, klien sudah dapat melakukan teknik napas dalam secara mandiri
3.    BB 44 kg, TB 155 cm,  IMT 18,3, klien makan habis ¾ porsi

A :
1.    kelebihan volume caian (+)
2.    nyeri (+)
3.    ketidakseimbangan nutrisi kurang dati kebutuhan tubuh (+)


P :
1.      Anjurkan klien untuk membatasi minum 700 cc/hari
2.      Anjurkan pasien melakukan teknik napas dalam
3.      Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering, anjurkan paien untuk










TTD PERAWAT


BAB IV
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
Saluran pencernaan adalah bagian tubuh yang sering mendapat keluhan saat mengonsumsi makanan.Saluran cerna ini berfungsi untuk menyerap nutrisi dalam makanan dan mengeluarkan bagian makanan yang tak diserap dari tubuh. Saat saluran cerna tidak bekerja dengan optimal, maka akan terjadi gangguan pada system pencernaan.
Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorik arsitek yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi itu dapat berukuran kecil (mikronocular  ) dan besar (makronocular) sirosis dapat mengganggu sirkulasi darah intra hepatic, dan pada kasus yang sangat lanjut, menyebabkan kegagalan fungsi hati yang secara bertahap ( price dan Wilson 2002 )

3.2  SARAN
1.      Dengan mengetahui gejala-gejala awal sirosis hepatis kita dapat mengantisipasi dari awal jka terjadi tanda-tanda gangguan system pencernaan  pada pasien ataupun orang terdekat kita.
2.      Dengan mengetahui penyebab-penyebab sirosis hepatis maka kita dapat mencegah lebih awal sebelum terjadinya penyakit yang lebih parah.









DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed 8). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (1999). Rencana asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Tjokronegoro dan Hendra Utama. (1996). Ilmu penyakit dalam jilid 1. Jakarta: FKUI.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.
Soeparman. 1987. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FKUI.
Http://lolapitriyani.wordpress.com/2014/03/15/makalah-cirrohiss-hepatis-atau-sirosis-hati/


No comments:

Post a Comment