Thursday, October 2, 2014

ASUHAN KEPERAWATAN HEMOROID


ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN HEMOROID



 

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2
KELAS 2B S1 ILMU KEPERAWATAN
1.     Aji Maulana
2.     Dede Rispriyanto
3.     Gilang Siwi Widodo
4.     Milatun Nafidah
5.     Neneng Vitriyah
6.     Sea Paradise
MATA KULIAH : KD II
DOSEN PEMBIMBING : DENI IRAWAN S.Kep.,Ns
STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
Jl. Cut Nyak Dien Kalisapu slawi Kab. Tegal
Telp.(0283) 6197570,6197571
TAHUN 2014 / 2015



KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Saya sangat menyadari keterbatasan dan ilmu pengetahuan yang ada, sehingga hasil makalah ini perlu adanya pengkajian dan pengembangan lagi. Demi kesempurnaan penelitian selanjutnya, maka saya mengharapkan kritik dan saran pembaca.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah wawasan.

                                                            Tegal ,  September  2014       

Penulis,




DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………...  i
KATA PENGANTAR……………………………………………   ii
DAFTAR ISI……………………………………………………..    iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG MASALAH………………….   1
1.2  RUMUSAN MASALAH……………………..………  1
1.3  TUJUAN PENULISAN……………………………...   2
1.4  MANFAAT PENULISAN…………………………...   2
BAB II KONSEP TEORI
2.1 DEFINISI…………………………………………….    3
2.2 ETIOLOGI…………………………………………...    4
2.3 MANIFESTASI KLINIS…………………………….   4
2.4 PATOFISIOLOGI……………………………………   5
2.5 KOMPLIKASI………………………………………… 7
2.6 PHATWAYS …………………………………………   8
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG……………………    8
2.8 PENATALAKSANAAN………………………………            10
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1  PENGKAJIAN…………………………………………           13
3.2 DIAGNOSA…………………………………………….           16
3.2 INTERVENSI……………………………………….. .. 16
3.3  EVALUASI……………………………………………            22
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN……………………………………….   23
4.2 SARAN……………………………………………….   23
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………    24


BAB I
PENDAHULUAN
2.1    Latar Belakang
Hemoroid / wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus di mana bibir anus mengalami bengkak yang kadang disertai pendarahan. Setiap orang pasti memiliki hemoroid, cuma karena ukurannya kecil hemoroid ini sering diabaikan. Hemoroid akan menimbulkan masalah bila ia membesar dan berdarah. Meskipun hemoroid dapat dijumpai pada setiap orang, namun yang membesar dan menimbulkan masalah hanya 4% dari total populasi. Kejadian hemoroid tidak memandang jenis kelamin dan umumnya meningkat pada usia 45 - 65 tahun.
Hemoroid berasal dari kata haima yang berarti darah dan rheo yang berarti mengalir, sehingga pengertian hemoroid secara harfiah adalah darah yang mengalir. Namun secara klinis diartikan sebagai pelebaran vasa/vena didalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan patologik. tetapi akan menjadi patologik apabila tidak mendapat penanganan/pengobatan yang baik. Hemoroid tidak hanya sekedar pelebaran vasa saja, tetapi juga diikuti oleh penambahan jaringan disekitar vasa atau vena.
Pada penderita hemoroid umumnya sulit untuk duduk dan buang air besar karena terasa sakit apabila bibir anus atau sphinchter anus mendapat tekanan. Oleh sebab itu wasir perlu diwaspadai dan ditangani dengan baik agar mudah diobati.

2.2    Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Hemoroid?
2.      Apa penyebab penyakit Hemoroid?
3.      Bagaimana klasifikasi dari penyakit Hemoroid?
4.      Bagaimana penatalaksanaannya?
5.      Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Hemoroid?

2.3    Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran yang nyata tentang penyakit Hemoroid dan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Hemoroid dengan menggunakan metode keperawatan.

2.4    Manfaat Penulisan
Dengan diselesaikannya makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat berupa :
1.      Mengetahui tentang definisi Hemoroid.
2.      Mengetahui etiologi dari penyakit Hemoroid.
3.      Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada kasus hemoroid yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi














BAB II
KONSEP TEORI
2.1    DEFINISI
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah, walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir mirip dengan varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh darah kaki, sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di daerah anorektal. (Keperawatan delken kuswanto. 1999)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali atau memperberat adanya hemoroid. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid internal yaitu hemoroid yang terjadi diatas spingter anal sedangkan yang muncul di spingter anal disebut hemoroid eksternal. ( Suzanne C. Smeltzer, 2006 )
Hemoroid bisa mengalami peradangan, menyebabkan terbentuknya bekuan darah (trombus), perdarahan atau akan membesar dan menonjol keluar.  Wasir yang tetap berada di anus disebut hemoroid interna (wasir dalam) dan wasir yang keluar dari anus disebut hemoroid eksterna (wasir luar).
Berdasarkan letak terjadinya hemoroid dibedakan dalam dua klasifikasi, yaitu  :
1.   Hemoroid Eksterna
                             Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronis. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung – ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik atau skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dan jaringan penyambung dan sedikit  pembuluh darah.
2.   Hemoroid Interna
a.       Derajat I   :  terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
b.      Derajat II : pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontan setelah selesai BAB.
c.       Derajat III              :  pembesaran hemoroid  yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari.
d.      Derajat IV : prolaps hemoroid yang permanen, rentan dan cenderung untuk mengalami thrombosis atau infark

2.2    ETIOLOGI
Berbagai penyebab yang dipercaya menimbulkan terjadinya hemoroid, antara lain sebagai berikut :
a.    BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama.
BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama. Hal ini akan meningkatkan tekanan vena  yang akhirnya mengakibatkan pelebaran vena. Sedangkan BAB dengan posisi duduk yang terlalu lama merupakan factor resiko hernia, karena saat duduk pintu hernia dapat menekan.
b.    Obtipasi atau konstipasi kronis
Obtipasi atau konstipasi kronis, konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan saat Buang Air Besar (BAB) sehingga terkadang harus mengejan dikarenakan feses yang mengeras, berbau lebih busuk dan berwarna lebih gelap dari biasanya dan frekwensi BAB lebih dari 3 hari sekali. Pada obstipasi atau konstipasi kronis diperlukan waktu mengejan yang lama. Hal ini mengakibatkan peregangan muskulus sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan maka akan membuat peregangannya bertambah buruk
c.    Tekanan darah (Aliran balik venosa)
Tekanan darah (Aliran balik venosa), seperti pada hipertensi portal akibat sirosis hepatis. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior,media dan inferior, sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran balik ke vena-vena ini dan mengakibatkan hemoroid
d.   Faktor pekerjaan
Faktor pekerjaan. Orang yang harus berdiri,duduk lama, atau harus menggangkat barang berat mempunyai predisposisi untuk terkena hemoroid.
e.    Olah raga berat
Olah raga berat adalah olahraga yang mengandalkan kekuatan fisik. Yang termasuk olahraga berat antara lain mengangkat beban berat/angkat besi, bersepeda, berkuda, latihan pernapasan, memanah, dan berenang. Seseorang dengan kegiatan berolahraga yang terlalu berat seperti mengangkat beban berat/angkat besi, bersepeda, berkuda, latihan pernapasan lebih dari 3 kali seminggu dengan waktu lebih dari 30 menit akan menyebabkan peregangan . sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan maka akan membuat peregangannya bertambah buruk.
f.     Diet rendah serat sehingga menimbulkan obstipasi.

2.3 MANIFESTASI KLINIK
1.      Pembengkakan pada area anus
2.      Timbulnya rasa gatal dan nyeri akibat inflamasi
3.      Perdarahan pada faeces berwarna merah terang
4.      Keluar selaput lender, timbul karena iritasi mukosa rectum.
5.      Prolaps hemoroid (benjolan tidak dapat kembali)
a.         Grade I      : prolaps (-), perdarahan (+)
b.         Grade II    : prolaps (+), masuk spontan
c.         Grade III   : prolaps (+), masuk dengan manipul
d.        Grade IV   : prolaps (+), inkarserata

2.3  PATOFISIOLOGI
Drainase daerah  anorektal adalah melalui vena-vena hemoroidalis superior dan inferior. Vena hemoridalis superior mengembalikan daerah ke v. mesenterika inferior dan berjalan submukosa dimulai dari daerah anorektal dan berada dalam bagian yang disebut kolumna morgagni, berjalan memanjang secara radier sambil mengadakan anostomosis. Ini menjadi varices disebut hemoroid interna. Lokasi primer hemoroid interna (pasien berada dalam posisi litotomi) terdapat pada tiga tempat yaitu anterior kanan, posterior kanan dan lateral kiri. Hemoroid yang lebih kecil terjadi diantara tempat-tempat tersebut. V. hemoroidales inferior memulai venular dan pleksus – pleksus kecil di daerah anus dan distal dari garis anorektal. Pleksus ini terbagi menjadi dua dan pleksus inilah yang menjadi varices dan disebut hemoroid eksterna (Mansjoer, 2000 : 321).
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Beberapa faktor etiologi telah diajukan termasuk konstipasi atau diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroma uteri, dan tumor rektum. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem portal. Selain itu, sistem portal tidak mempunyai katub, sehingga mudah terjadi aliran balik. (Price, 1995 : 420).
Hemoroid adalah pelebaran vena hemoroidalis. Pada saat terdapat penekanan, hemoroid internal akan terdorong melewati pintu anus dan membentuk penonjolan (prolap). Prolap pada hemoroid derajat II dapat  masuk kembali dengan sendirinya, pada derajat III dapat masuk dengan bantuan dari luar ( tekanan tangan ) dan pada derajat IV tidak dapat masuk kembali ke dalam (menetap). Prolap yang menetap mengandung gumpalan darah (thrombus) yang dapat menimbulkan pembengkakan dan peradangan. Prolap yang mendapat gesekan dapat menimbulkan nyeri. Selain itu prolap yang mendapat gesekan dapat menimbulkan iritasi kulit perianal. Bila penderita tidak dapat menjaga kebersihan tubuhnya, maka dapat menimbulkan rasa gatal dan mengeluarkan lendir. Adanya lendir menyebabkan kelembaban di daerah anus.
Bila prolap tersebut terus mendapat tekanan dari feses yang keras maka dapat merusak permukaan halus hemoroid dan menyebabkan perdarahan. Pendarahan yang terjadi kadang hanya menetes dan kadang dapat memancar deras. Pendarahan yang berulang dapat menimbulkan anemia.

2.4  KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang terjadi akibat penyakit ini adalah :
1.    Anemia yang disebabkan karena perdarahan hebat oleh traumapada saat defekasi.
2.    Hipotensi disebabkan karena perdarahan yang keluar menyebabkan kerja jantung menurun.
 
 2.5 PATHWAYS 




2.6  PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Hemoglobin, mengalami penurunan < 12 mg%.
2.      Anoscopy, pemeriksaan dalam rektal dengan menggunakan alat, untuk mendeteksi ada atau tidaknya hemoroid.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata
3.      Digital rectal examination, pemeriksaan dalam rektal secara digital.
4.      Sigmoidoscopy dan barium enema, pemeriksaan untuk hemoroid yang disertai karsinoma.
5.      Inspeksi Hemoroid eksterna mudah terlihat, terutama bila sudah menjadi thrombus. Hemoroid interna yang menjadi prolaps dapat terlihat dengan cara menyuruh pasien mengejan. Prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.
6.      Rectal Toucher (RT)
Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, hemoroid ini dapat teraba bila sudah ada thrombus atau fibrosis. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Rectal toucher (RT) diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya karsinoma recti.
7.      Pemeriksaan diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolaps. Anaskopi dimasukan untuk mengamati keempat kuadran dan   akan terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol kedalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak, besarnya, dan keadaan lain seperti polip, fissure ani, dan tumor ganas harus diperhatikan

2.7  PENATALAKSANAAN
1.    Terapi konservatif
a)      Pengelolaan dan modifikasi diet
Diet berserat dan rendah sisa, buah-buahan dan sayuran, dan intake air ditingkatkan. Diet serat yang dimaksud adalah diet dengan kandungan selulosa yang tinggi. Selulosa tidak mampu dicerna oleh tubuh tetapi selulosa bersifat menyerap air sehingga feses menjadi lunak. Makanan-makanan tersebut menyebabkan gumpalan isi usus menjadi besar namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan secara berlebihan.
b)      Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan bagi pasien dengan hemoroid derajat awal. Obat-obatan yang sering digunakan adalah:
1.      Stool Softener, untuk mencegah konstipasi sehingga mengurangi kebiasaan mengejan, misalnya Docusate Sodium.
2.      Anestetik topikal, untuk mengurangi rasa nyeri, misalnya Liidocaine ointmenti 5% (Lidoderm, Dermaflex). Yang penting untuk diperhatikan adalah penggunaan obat-obatan topikal per rectal dapat menimbulkan efek samping sistematik.
3.      Mild astringent, untuk mengurangi rasa gatal pada daerah perianal yang timbul akibat iritasi karena kelembaban yang terus-menerus dan rangsangan usus, misalnya Hamamelis water (Witch Hazel)
4.      Analgesik, misalnya Acetaminophen (Tylenol, Aspirin Free Anacin dan Feverall) yang merupakan obat anti nyeri pilihan bagi pasien yang memiliki hiperensitifitas terhadap aspirin atau NSAID, atau pasien dengan penyakit saluran pencernaan bagian atas atau pasien yang sedang mengkonsumsi antikoagulan oral.
5.      Laxantina ringan atau berak darah (hematoscezia). Obat supositorial anti hemoroid masih diragukan khasiatnya karena hasil yang mampu dicapai hanya sedikit. Obat terbaru di pasaran adalah Ardium. Obat ini mampu mengecilkan hemoroid setelah dikonsumsi beberapa bulan. Namun bila konsumsi berhenti maka hemoroid tersebut akan kambuh lagi.

2.      Terapi Tindakan Non Operatif Elektif
a)      Skleroterapi
Vasa darah yang mengalami varises disuntik Phenol 5 % dalam minyak nabati sehingga terjadi nekrosis lalu fibrosis. Akibatnya, vasa darah yang menggelembung akan berkontraksi / mengecil. Untuk itu injeksi dilakukan ke dalam submukosa pada jaringan ikat longgar di atas hemoroid interna agar terjadi inflamasi dan berakhir dengan fibrosis. Untuk menghindari nyeri yang hebat, suntikan harus di atas mucocutaneus juction (1-2 ml bahan diinjeksikan ke kuadran simptomatik dengan alat hemoroid panjang dengan bantuan anoskopi). Komplikasi : infeksi, prostitis akut dan reaksi hipersensitifitas terhadap bahan yang disuntikan. Skleroterapi dan diet serat merupakan terapi baik untuk derajat 1 dan 4.
b)      Ligasi dengan cincin karet (Rubber band Ligation)
Teknik ini diperkenalkan oleh Baron pada tahun 1963 dan biasa dilakukan untuk hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps. Tonjolan ditarik dan pangkalnya (mukosa pleksus hemoroidalis) diikat denga cincin karet. Akibatnya timbul iskemik yang menjadi nekrosis dan akhirnya terlepas. Pada bekasnya akan mengalami fibrosis dalam beberapa hari. Pada satu  kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid sedangkan ligasi selanjutnya dilakukan dalam jangka waktu dua sampai empat minggu. Komplikasi yang mungkin timbul adalah nyeri yang hebat terutama pada ligasi mucocutaneus junction yang kaya reseptor sensorik dan terjadi perdarahan saat polip lepas atau nekrosis (7 sampai 10 hari) setelah ligasi.
c)      Bedah Beku (Cryosurgery)
Tonjolan hemoroid dibekukan dengan CO2 atu NO2 sehingga terjadi nekrosis dan akhirnya fibrosis. Terapi ini jarang dipakai karena mukosa yang akan dibekukan (dibuat nekrosis) sukar untuk ditentukan luasnya. Cara ini cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma recti inoperabel.
d)     IRC (Infra Red Cauter)
Tonjolan hemoroid dicauter / dilelehkan dengan infra merah. Sehingga terjadilah nekrosis dan akhirnya fibrosisTerapi ini diulang tiap seminggu sekali.
3.      Terapi Operatif
Pada operasi wasir yang membengkak ini dipotong dan dijahit biasanya dalam anaestesie spinal (pembiusan hanya sebatas pusar kebawah) sehingga pasien tidak merasa sakit, tapi tetap sadar.
Ada dua metode operasi : yang pertama setelah hemoroid dipotong, tepi sayatan dijahit kembali. Pada metode yang kedua dengan alat stapler hemoroid dipotong dan dijahit sekaligus. Keuntungan dari metode kedua ini adalah rasa sakit yang jauh berkurang dari pada metode pertama meskipun pada operasi wasir dengan metode pertama pun rasa sakit sudah berkurang dibandingkan cara operasi 10-20 tahun yang lalu.




2.8  ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. PENGKAJIAN
1.      Pengkajian
a.    Data Demografi
Di dalam data demografi terdapat identitas pasien dan identitas penaggung jawab terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b.    Riwayat kesehatan
a)      Keluhan utama :
Perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defekasi.
b)      Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan utama pada klien. Biasanya klien yang mengalami hemoroid, didapatkan mengeluh terasa adanya tonjolan pada anus, terkadang merasa nyeri dan gatal pada daerah anus. Selain itu, terkadang klien datang ke rumah sakit dengan keluhan adanya perdarahan dari anus saat buang air besar (BAB) yang menyebabkan klien menjadi anemia.
c)      Riwayat kesehatan terdahulu :
Apakah klien pernah mengalami hemoroid sebelumnya. Apakah klien mempunyai alergi terhadap suatu obat, lingkungan, binatang atau terhadap cuaca. Klien juga ditanyakan apakah pernah menggunakan obat terutama untuk pengobatan hemoroid sebelumnya.
d)     Riwayat kesehatan keluarga :
Adakah riwayat hemoroid dalam keluarga.
c.    Pola fungsi kesehatan
1.        Pola nutrisi dan cairan
Klien yang mengalami hemoroid mempunyai kebiasaan makan yang kurang serat dan jarang minum sehingga terjadi konstipasi.
2.        Pola eliminasi
Klien yang mengalami hemoroid biasanya akan mengeluarkan darah berwarna merah terang. Dan keenggaanan untuk Bab sehingga terjadi konstipasi.
3.        Pola istirahat tidur
Klien yang mengalami hemoroid, pola istirahat tidurnya akan terganggu hal ini berkaitan dengan rasa nyeri pada daerah anus
d.   Pemeriksaan fisik
1)      Inspeksi :
                 Perhatikan tonjolan pada daerah anus klien, perhatikan adakah perdarahan dari daerah anus. Selain menginspeksi hemoroid pada klien, sebagai seorang perawat juga harus memperhatikan komplikasi yang terjadi, seperti terjadinya anemia yang dapat dilihat dengan konjungtiva anemis, capillary refill>3 detik, kulit klien pucat.
2)      Palpasi : Palpasi area anal, adakah keluhan nyeri pada klien
e. Pemeriksaan Diagnostik
1.        Contoh feses (pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan selama kemajuan   penyakit) : terutama yang mengandung mukosa, darah, pus, dan organisme usus, khususnya entamoba histolitika.
2.        Darah lengkap : dapat menunjukkan anemia hiperkronik
3.        Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah.
4.        Masa protombin : memanjan pada kasus yang berat karena gangguan faktor VII dan X disebabkan karena kekurangan vitamin K.
5.        Prostagsimoidoskopi : memperlihatkan ulkus, edema, hiperemia, dan inflamasi (akibat infeksi sekunder mukosa dan submukosa). Area yang menurun fungsinya dan perdarahan karena nekrosis dan ulkus terjadi pada 85% bagian pada pasien ini.
6.        Elektrolit : penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat.
7.        Kadar albumin : penurunan karena kehilangan protein plasma/ gangguan fungsi hati.
8.        Alkali fosfatase : meningkat, juga dengan kolesterol serum dan hipoproteinemia, menunjukkan gangguan fungsi hati.
9.        Trombositosis : dapat terjadi karena proses penyakit inflamasi.
10.    Sitologi dan biopsi rektal : membedakan antara proses infeksi dan karsinoma.
11.    Enema barium : dapat dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi dapat dilakukan meskipun jarang dilakukan selama akut, tahap kambuh, karena dapat membuat kondisi eksorsibasi.
12.    Kolonoskopi : mengidentifikasi adesi, perubahan lumen dinding.
13.    ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate) atau LED (Laju Endap Darah ) : meningkat karena beratnya penyakit.
14.    Sumsum tulang : menurun secara umum pada tipe berat/ setelah inflamasi panjang.






B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operatif
1.        Resiko kekurangan nutrisi (defisiensi zat ) berhubungan dengan pecahnya vena plexus hemmoroidalis ditandai dengan perdarahan yang terus - menerus waktu BAB.
2.        Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya massa anal atau anus, yang ditandai benjolan didaerah anus, terasa nyeri dan gatal pada daerah anus.
3.        Personal hygene pada anus kurang berhubungan dengan massa yang keluar pada daerah eksternal.
Postoperasi
1.        Nyeri berhubungan dengan adanya jahitan pada luka operasi dan terpasangnya cerobong angin.
2.        Resikol terjadinya infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
3.        Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan dirumah.
C. INTERVENSI
Preoperatif
No.
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1.
Resiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan pecahnya vena plexus hemmoroidalis ditandai dengan perdarahan yang terus - menerus waktu BAB.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, resiko kekurangan nutrisi terpenuhi.

KH:
·        Tidak terdapat anemis,
·        perdarahan terhenti
·        BB tidak turun.
1.    Observasi tanda-tanda anemis



2.    Diet rendah sisa atau serat selama terjadinya perdarahan




3.    Berikan penjelasan tentang pentingnya diet kesembuhan penyakitnya




4.    Beri kompres es pada daerah terjadinya perdarahan










5.    Beri obat atau terapi sesuai dengan pesanan dokter
1.    Tanda – tanda anemis diduga adanykekurangan zat besi (Hb turun)
2.    Dapat mengurangi perangsangan pada daerah anus sehingga tidak terjadi perdarahan.
3.    Pendidikan tentang diet, membantu keikut sertaan pasien dalameningkatkan keadaan penyakitnya.
4.    Pasien dengan pecahnya vena plexus hemoriodalis perlu obat yang dapat membantu pencegahan terhadap perdarahan yang mememrlukan penilaian terhadap respon secara periodik.
5.    Pasien dengan pecahnya vena flexus hemmoroidalis perlu obat yang dapat membantu pencegahan terhadap perdarahan yang memerlukan penilayan terhadap respon obat tersebut secara periodik.
2.
Defisit personal hygene pada anus berhubungan dengan massa yang keluar pada daerah eksternal.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, terjaganya kebersihan anus.
KH:
·     -tidak ada tanda-tanda infeksi.
·     -Tidak terasa gatal-gatal pada daerah anus.
·    - Rasa gatal pada anus berkurang
1.    Berikan sit bath dengan larutan permagan 1/1000% pada pagi dan sore hari.

2.    Obserpasi keluhan dan adanya tanda- tanda peradangan anus

3.    Beri penjelasan cara membersihkan anus dan menjaga kebersihanya
1.Meningkatkan kebersihan dan memudahkan terjadinya penyembuhan prolaps.
2. Peradangan pada anus menandakan adanya suatu infeksi pada anus

·     3. Pengetahuan tentang cara membersihkan anus membantu keikutsertaan pasien dalam mempercepat kesembuhanya.

Postoperatif
No.
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Intervenasi
Rasional
1.
Nyeri berhubungan dengan adanya jahitan pada luka operasi dan terpasangnya cerobong angin.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, gangguan rasa nyaman terpenuhi.


KH:
·         Tidak terdapat rasa nyeri pada luka operasi,.
·         pasien dapat melakukan aktivitas ringan.
·         skala nyeri 0-1.
·         klien tampak rileks.
·    -Beri posisi tidur yang menyenangkan pasien.

·     -Ganti balutan setiap pagi sesuai tehnik aseptik







·     -Latihan jalan sedini mungkin

·     -Observasi daerah rektal apakah ada perdarahan





·     -Cerobong anus dilepaskan sesuai advice dokter (pesanan)


·     -Berikan penjelasan tentang tujuan pemasangan cerobong anus (guna cerobong anus untuk mengalirkan sisa-sisa perdarahan yang terjadi didalam agar bisa keluar).
·   -Dapat menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa kontrol.
·    -Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan. Balutan basah bertindak sebagai penyerap kontaminasi eksternal dan menimbulkan rasa tidak nyaman.
·     -Menurunkan masalah yang terjadi karena imobilisasi.
·     -Perdarahan pada jaringan, imflamasi lokal atau terjadinya infeksi dapat meningkatkan rasa nyeri.
·     -Meningkatkan fungsi fisiologis anus dan memberikan rasa nyaman pada daerah anus pasien karena tidak ada sumbatan.
·     -Pengetahuan tentang manfaat cerobong anus dapat membuat pasien paham guna cerobong anus untuk kesembuhan lukanya.
2.
Resiko terjadinya infeksi pada luka berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,resiko infeksi teratasi.
KH:
·     -Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (dolor, kalor, rubor, tumor, fungsiolesa).
·    -Radang luka mengering
· 
·    -Observasi tanda vital tiap 4 jam







·   -Obserpasi balutan setiap 2 – 4 jam, periksa terhadap perdarahan dan bau.



·    -Ganti balutan dengan teknik aseptik


·    -Bersihkan area perianal setelah setiap depfikasi


·     -Berikan diet rendah serat/ sisa dan minum yang cukup
·    -Respon autonomik meliputi TD, respirasi, nadi yang berhubungan denagan keluhan / penghilang nyeri . Abnormalitas tanda vital perlu di observasi secara lanjut.
·    -Deteksi dini terjadinya proses infeksi dan / pengawasan penyembuhan luka oprasi yang ada sebelumnya.
·    -Mencegah meluas dan membatasi penyebaran luas infeksi atau kontaminasi silang.
·     -Mengurangi / mencegah kontaminasi daerah luka.
·      -Mengurangi ransangan pada anus dan mencegah mengedan pada waktu defikasi.
3.
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan dirumah.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,kurangnya pengetahuan teratas.

KH:
·    -klien tidak banyak bertanya tentang penyakitna.
·     -Pasien dapat menyatakan atau mengerti tentang perawatan dirumah.
·    -keluarga klien paham tentang proses penyakit.
·     -klien menunjukkan wajah tenang
·    -Diskusikan pentingnya penatalaksanaan diet rendah sisa.




·   -Demontrasikan perawatan area anal dan minta pasien menguilanginya





·    -Berikan rendam duduk sesuai pesanan


·    -Bersihakan area anus dengan baik dan keringkan seluruhnya setelah defekasi
·    -Berikan balutan



 -Diskusikan gejala infeksi luka untuk dilaporkan kedokter.



·    -Diskusikan mempertahankan difekasi lunak dengan menggunakan pelunak feces dan makanan laksatif alami.
·     -Jelaskan pentingnya menghindari mengangkat benda berat dan mengejan.
·     -Pengetahuan tentang diet berguna untuk melibatkan pasien dalam merencanakan diet dirumah yang sesuai dengan yang dianjurkan oleh ahli gizi.
·    -Pemahaman akan meningkatkan kerja sama pasien dalam program terapi, meningkatkan penyembuhan dan proses perbaikan terhadap penyakitnya.

·    -Meningkatkan kebersihan dan kenyaman pada daerah anus (luka atau polaps).
·    -Melindungi area anus terhadap kontaminasi kuman-kuman yang berasal dari sisa defekasi agar tidak terjadi infeksi.
·     -Melindungi daerah luka dari kontaminasi luar.
·    -Pengenalan dini dari gejala infeksi dan intervensi segera dapat mencegah progresi situasi serius.

·     -Mencegah mengejan saat difekasi dan melunakkan feces.








·     -Menurunkan tekanan intra abdominal yang tidak perlu dan tegangan otot.

4.      EVALUASI
Kriteria hasil  atas pencapaian tujuan sebagai berikut :
1.      Rasa nyeri saat defekasi berkurang atau hilang
2.      Px tidak mengalami konstipasi, dengan konsistensi feses lunak
3.      Pola defekasi px kembali normal
4.      Kecemasan px akan operasi berkurang






BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,diantaranya adalah terjadi anemia dan hipotensi. Hemoroid juga dapat menimbulkan cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit dan pengobatannya.

3.2     Saran
Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan pengobatannya pada penderita hemoroid. Menginformasikan tentang pencegahan-pencegahan terjadinya hemoroid dengan cara :
1.    Minum banyak  air,  makan  makanan  yang  mengandung  banyak  serat (buah,  vitamin K, dan vitamin B12, sayuran,  sereal, suplemen serat, dll) sekitar 20-25 gram sehari
2.    Olahraga
3.    Mengurangi mengedan
4.    Menghindari penggunaan laksatif (perangsang buang air besar) Membatasi mengedan sewaktu buang air besar.
5.    Penggunaan celana dalam yang ketat dapat mencetuskan terjadinya wasir dan dapat mengiritasi wasir yang sudah ada.
6.    Penggunaan jamban jongkok juga sebaiknya dihindari


DAFTAR PUSTAKA

Prince, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta. EGC.
Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC.


2 comments: