RONDE
KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DIABETES MELLITUS
Disusun oleh :
1.
Pindinus Saputra
2.
Renanda Tri Amanda
3.
Rizal Qolbi Fatkhullah
4.
Sea Paradise
5.
Siti Awaliyah Ulfa
6.
Siti Umayah
7.
Syufah Mutoharoh
8.
Wiwi Safitri
9.
Yuana Meliawati
10.
Yusni Maryati
STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
Jl. Cut Nyak Dien Kalisapu slawi
Kab. Tegal
TAHUN 2013 / 2014
RONDE
KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MELLITUS
RUMAH
SAKIT HARAPAN BANGSA
Topik :
Asuhan Keperawatan
Sasaran :
Klien Tn. M
Waktu :
30 menit
Hari :
Senin, 01 Desember 2014
1.
Tujuan
a. Tujuan
umum
Menyelesaikan
masalah – masalah klien yang belum teratasi
b. Tujuan
khusus
1. Menjustifikasikan
masalah yang belum teratasi
2. Mendiskusikan
penyelesaian masalah dengan perawat primer lainnya
2.
Sasaran
Nama
: Tn. M
Umur
: 48 tahun
Pekerjaan : PNS
3.
Materi
a. Konsep
dasar diabetes mellitus (terlampir)
b. Teori
Asuhan Keperawatan diabetes melitus (terlampir)
c. Masalah
– masalah yang muncul pada pasien diabetes melitus (terlampir)
d. Intervensi
keperawatan pada klien dengan Diabetes melitus (terlampir)
4.
Metode
Ronde
keperawatan
5.
Media
a. Materi
yang disampaikan
b. Sasaran
diskusi
6.
Proses
ronde
a. Pra
Ronde
1. Perawat
primer memilih pasien yang akan dironde
2. Setelah
pasien ditentukan, membuat paroposal untuk melanjutkan ronde
3. Memberikan
inform concent kepada pasien
4. Melakukan
pengkajian pasien
5. Penyajian
masalah klien
6. Validasi
masalah
b. Tahap
Ronde
1. Diskusi
2. Pemberian
pendidikan kesehatan tentang nutrisi untuk pasien diabetes melitus
c. Tahap
pasca ronde
1. Evaluasi
pelaksanaan ronde
2. Revisi
dan perbaikan
7.
Evaluasi
a. Bagaimana
koordinasi persiapan dan pelaksanaan ronde keperawatan
b. Bagaimana
peran perawat primer, perawat assosiate saat ronde
c. Bagaimana
peran perawat primer, perawat assosiate dalam melaksanakan pengorganisasian
lainnya.
8.
Pengorganisasian
a. Perawat
Primer :
b. Perawat
Assosiate :
c. Perawat
Konsuler :
LAMPIRAN
A.
KONSEP
DASAR DIABETES MELLITUS
1. DEFINISI
DIABETES MELLITUS
Menurut WHO yang dimaksud dengan
diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh
faktor lingkungan dan keturunan secara bersama – sama, mempunyai karakteristik
hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol.
National
Diabetes Data Group of The National Institutes of Health mengklasifikasikan
diabetes mellitus sebagai berikut :
a.
Diabetes Melitus tipe I atau IDDM (Insulin Dependent
Diabetes Melitus) atau tipe juvenil
Yaitu ditandai dengan kerusakan insulin dan
ketergantungan pada terapi insulin untuk mempertahankan hidup
b.
Diabetes Melitus tipe II atau NIDDM (Non Insulin
Dependent Diabetes melitus)
Dikenal dengan maturity concept, dimana tidak terjadi
defisiensi insulin secara absolut melainkan relatif oleh karena gangguan
sekresi insulin bersama resistensi insulin..
c.
Gestational Diabetes Disebut juga DMG atau diabetes
melitus gestational.
Yaitu intoleransi glukosa yang timbul selama
kehamilan, dimana meningkatnya hormon – hormon pertumbuhan dan meningkatkan
suplai asam amino dan glukosa pada janin yang mengurangi keefektifitasan
insulin.
d.
Intoleransi glukosa Berhubungan dengan keadaan atau
sindroma tertentu.
Yaitu hiperglikemi yang terjadi karena penyakit lain.
Penyakit pankreas, obat – obatan, dan bahan kimia. Kelainan reseptor insulin
dan sindrome genetik tertentu.
2.
ETIOLOGI DIABETES MELLITUS
a.
Faktor keturunan
b.
Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang
c.
Kegemukan atau obesitas
d.
Perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan
resistensi insulin.
3.
MANIFESTASI KLINIS DIABETES MELLITUS
a.
Poliuri (banyak kencing)
b.
Polidipsi (banyak minum)
c.
Poliphagi (banyak makan)
d.
Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang
e.
Mata kabur
f.
Luka atau goresan akan lama sembuh
g.
Kaki kesemutan dan mati rasa
h.
Infeksi kulit
4. PATOFISIOLOGI
DIABETES MELLITUS
Penyakit
Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat
kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga
kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan
hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga
apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi
sejumlah glukosa dalam darah. Akibatnya,
glukosa dan Natrium yang diserap ginjal menjadi berlebihan sehingga urine yang
dihasilkan banyak dan membuat penderita menjadi cepat pipis (Poliuri).
Proses
filtrasi pada ginjal normal merupakan proses difusi yaitu filtrasi zat dari
tekanan yang rendah ke tekanan yang tinggi. Pada penderita DM, glukosa dalam
darah yang tinggi menyebabkan kepekatan glukosa dalam pembuluh darah sehingga
proses filtrasi ginjal berubah menjadi osmosis (filtrasi zat dari tekanan
tinggi ke tekanan rendah). Akibatnya, air yang ada di pembuluh darah terambil
oleh ginjal sehingga pembuluh darah menjadi kekurangan air (dehidrasi
intaseluller) yang menyebabkan penderita menjadi cepat haus (Polidipsi).
Pada
penderita diabetes melitus kandungan gula darah akan meningkat. Karena gula
darah bersifat diuresis / menyerap air maka konsentrasi darah akan mengental
dan terjadi gangguan transportasi darah ke pembuluh darah. Dengan terganggunya
aliran darah maka pasokan nutrisi yang ke sel – sel tubuh juga akan terganggu
dan hal ini menyebabkan kulit mengering, kerusakan sel darah putih dan kematian
jaringan. Kulit yang kering dan jaringan yang mati menyebabkan penderita diabetes
mudah terluka apabila terkena benda – benda tajam. Dan biasanya luka, tusukan,
nyeri dan sensasi panas tidak dirasakan oleh penderita diabetes, karena
hiperglikemia menjadikan gangguan pada sistem saraf tepi (perifer) yang
menyebabkan penderita mengalami mati rasa. Kemudian sehubungan dengan
terjadinya darah yang mengental maka akan terjadi kesulitan pembekuan darah dan
penutupan luka. Keadaan itu diperparah dengan adanya bakteri saprofit .
Pertumbuhan bakteri tersebut semakin merusak pembuluh darah.
Produksi
insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel
sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein
menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka
klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut
poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan
asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh
bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan
pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau
buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi
koma yang disebut koma diabetik (Price,1995)
Dan kerusakan berbagai organ tubuh
dapat menimbulkan gangguan pada mata. Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas
polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi
insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan
pembentukan katarak.
5. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
a.
Pemeriksaan
elektrolit : kalium,
natrium dan klorida
b.
Pemeriksaan
hematologi : LED,
hemoglobin, leukosit dan trombosit
c.
Pemeriksaan
gula darah : Gula Darah Puasa ( GDP ), Gula Darah 2 jam Post
Prandial (GD 2PP)
dan Gula Darah Sewaktu ( GDS)
d.
Pemeriksaan
leukosit : basofil, eusinofill, N. Segmen, N. Batang, limfosit, dan monosit
e.
Pemeriksaan
HbA1c
6.
PENATALAKSANAAN
DIABETES MELLITUS
a.
Medis :
Obat Hipoglikemik oral dan
Insulin
b.
Keperawatan : edukasi, pengaturan
diet dan latihan jasmani
B. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES
MELITUS
1.
PENGKAJIAN
a. Identitas
pasien
b. Keluhan
utama
c. Riwayat
kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada
kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata
kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi,
anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri
perut, kramotot, gangguan tidur/istirahat, haus-haus, pusing-pusing/sakit kepala
d.
Riwayat kesehatan dahulu
e.
Riwayat kesehatan keluarga
f.
Riwayat lingkungan
g.
Pola fungsi kesehatan
Meliputi pola persepsi dan
pemeliharaan kesehatan, pola aktivitas dan latihan,
pola nutrisi dan metabolic, pola eliminasi, pola istirahat dan tidur, pola kognitif , pola sensori visual, pola toleransi dan
koping terhadap stress, persepsi diri/konsep diri,
pola seksual dan reproduksi, pola nilai dan keyakinan
h.
Pemeriksaan fisik
Meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda – tanda vital, antropometri, kulit, rambut, kuku, kepada, leher, toraks dan paru – paru, abdomen, genitalia, rectum dan anus serta ekstremitas.
i.
Pemeriksaan penunjang
Meliputi pemeriksaan
elektrolit, LED, hemoglobin, leukosit, trombosit, gula darah, pemeriksaan urine dan pemeriksaan HbA1c
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan output berlebihan
b.
Perubahan status nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan
masukan oral.
c.
Resiko infeksi berhubungan
dengan hyperglikemia.
d.
Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan penurunan imonologis
e.
Kelelahan berhubungan dengan
penurunan produksi energi metabolik.
f.
Kurang pengetahuan tentang
penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
3.
INTERVENSI
NO.
DX
|
INTERVENSI
|
1
|
a.
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, tugor kulit, dan
membran mukosa
b.
Pantau masukan daan pengeluaran, catat berat jenis urin
c.
Pantau BB setiap hari
d.
Pertahankan untuk memberikan cairan
e.
Berikan terapi cairan selama dengan indikasi, seperti
normal salin atau setengah normal salin dengan atau tanpa dextrosa.
f.
Berikan belum atau elektrolit lain melalui IV atau
melalui oral sesuai indikasi
|
2
|
a.
Timbang BB setiap hari atau sesuai dengan indikasi
b.
Auskultasi bising usus
c.
Berikan makanan cairan yang mengandung zat makanan
(nutrien) dan elektrolit
d.
Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah,
aseton, PH, dan HCO3
e.
Lakukan konsul dengan ahli diet
|
3
|
a.
Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
b.
Pertahankan tekhnik aseptik pada prosedur invasif
c.
Berikan perawatan kulit dengan teratur
d.
Bantu pasien untuk melakukan higiene oral
e.
Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitifas sesuai dengan
indikasi
f.
Berikan antibiotik yang sesuai
|
4
|
a.
Bersihkan luka
klien setiap hari
b.
Observasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan
c.
Ubah posisi pasien
setiap 2 jam sekali
d.
Sediakan perawatan
luka sayatan yang dibutuhkan
e.
Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian analgetik
|
5
|
a.
Diskusikan dengan klien kebutuhan atas aktivitas.
b.
Berikan aktivitas altrrnatif dengan periode istirahat
yang cukup.
c.
Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah
sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
d.
Diskusikan cara manghemat kalori selama berpindah
tampat.
e.
Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai dengan yang dapat di toleransi.
|
6
|
a.
Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan
penuh perhatian dan sesalalu ada buat pasien
b.
Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang
diharapkan
c.
Pilih berbagai strategi belajar seperti teknik
demonstrasi
d.
Diskusikan topik-topik utama, seperti apakah kedar
glukosa normal itu dan bagaimana hal tersebu dibandingkan dengan kadar gula darah
pasien, tipe DM yang di alami pasien .
|
4.
IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tindakan
keperawatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan rencana tindakan yang telah
disusun.
5.
EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual
untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai
kemingkinan terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil.
C.
MASALAH YANG MUNCUL PADA PASIEN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan output berlebihan
2. Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan penurunan imonologis
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera :
fisik
D. INTERVENSI YANG DILAKUKAN PADA
PASIEN
No
Dx
|
Tujuan
Umum
|
Kriteria
Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
TTD
|
1
|
Setelah dilakukan tindakan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam pada pasien dengan gangguan kekurangan volume
cairan tubuh berhubungan dengan ooutput yang berlebih dapat teratasi.
|
Fluid Balance (0601)
-
TTV normal (TD 110/80 mmHg, N 80 x/menit, RR 16 x/menit, T 37,50C)
-
Turgor kembali
dalam 2 detik
-
Membrane mukosa
lembab
-
Kadar elektrolit
normal (Ka 3,9 mEq/l, Na 140 mEq/l, dan Cl 100 mEq/l)
-
Haluan urin tepat
1000 cc/hari
-
Balance cairan (+)
|
Fluid management (4120)
-
Berikan cairan
2500 cc/hari.
-
Berikan terapi
cairan (infus) yang sesuai
Hypovolemia management (4180)
-
Pantau satus
cairan termasuk pemasukan dan pengeluaran
-
Kaji TTV
-
Kaji tanda – tanda
dehidrasi
|
-
Mempertahankan
hidrasi/ sirkulasi volume tubuh.
-
Untuk memenuhi dan
mempertahankan kebutuhan cairan tubuh sehingga tidak terjadi dehidrasi.
-
Memberikan
perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan
terapi.
-
Mengetahui keadaan umum klien
-
Mengetahui apakah
pasien mengalami dehidrasi atau tidak
|
2
|
Setelah dilakukan tindakan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam pada pasien dengan kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan imunologis dapat teratasi.
|
Wound Healing: Secondary Intention (1103)
-
Tidak ada luka
Pain Level (2102)
-
Tidak menunjukan
ekspresi wajah menahan nyeri
-
Nyeri berkurang
(3)
-
Luka (-), puss (-), dolor (-), rubor (-), tumor (-), kolor (-), fungsiolasea (-).
|
Wound Care (3660)
-
Bersihkan luka
klien setiap hari.
Pain Management (1400)
-
Observasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan.
-
Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian analgetik.
|
-
Menjaga agar luka tidak terkontaminasi oleh kuman
- Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan.
- Untuk mengurangi nyeri.
|
|
3
|
Setelah dilakukan tindakan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam pada pasien dengan nyeri akut berhubungan
dengan cidera: fisik, nyeri dapat teratasi.
|
Pain Level (2102)
-
Melaporkan nyeri berkurang
(3)
-
Tidak menunjukan
ekspresi wajah menahan nyeri
-
Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan)
-
TTV normal (TD 110/70 mmHg, N 80 x/menit, RR 16 x/menit, T 37,50C)
|
Pain Management (1400)
-
Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.
-
Observasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan.
-
Ajarkan tentang
teknik nonfarmakologi (teknik napas dalam)
-
Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian analgetik.
-
Kaji TTV
|
- Untuk menentukan intervensi yang sesuai dan keefektifa dari therapi
yang diberikan.
- Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan.
- Meningkatkan peredaran darah dan
mengalihkan nyeri
- Mengurangi rasa nyeri dan kekakuan sendi.
- Mengetahui keadaan umum klien
|
No comments:
Post a Comment