PELAYANAN
PRIMA DI RUMAH SAKIT
DISUSUN
OLEH
Nama : SEA PARADISE
NIM :
C1013071
KELAS 1B S1 ILMU KEPERAWATAN
MATA
KULIAH : IKD II (PSIKOLOGI PENGEMBANGAN)
DOSEN
PEMBIMBING : ESSY PRAVIRA
STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
Jl. Cut Nyak Dien Kalisapu slawi Kab. Tegal
Telp.(0283) 6197570,6197571
TAHUN 2013 / 2014
PELAYANAN PRIMA DI RUMAH SAKIT
A. PENGERTIAN PELAYANAN PRIMA
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Dahlan,
dkk., 1995:646) menyatakan pelayanan ialah usaha melayani kebutuhan orang lain.
Menurut Daviddow dan Uttal (Sutopo dan Suryanto, 2003:9) bahwa pelayanan
merupakan usaha apa saja yang mempertinggi kepuasan pelanggan.
Secara sederhana, pelayanan prima (excellent
service) dapat diartikan sebagai suatu pelayanan yang terbaik dalam memenuhi
harapan dan kebutuhan pelanggan.
Dengan kata
lain, pelayanan prima merupakan suatu pelayanan yang memenuhi standar kualitas.
Pelayanan yang memenuhi standar kualitas adalah suatu pelayanan yang sesuai
dengan harapan dan kepuasan pelanggan/masyarakat.
Agenda perilaku pelayanan sektor publik
(SESPANAS LAN dalam Nurhasyim, 2004:16) menyatakan bahwa pelayanan prima
adalah:
1.
Pelayanan yang terbaik dari pemerintah
kepada pelanggan atau pengguna jasa.
2.
Pelayanan prima ada bila ada standar
pelayanan.
3.
Pelayanan prima bila melebihi standar
atau sama dengan standar.
4.
Pelanggan adalah masyarakat dalam arti
luas; masyarakat eksternal dan internal.
B. UNSUR POKOK PELAYANAN PRIMA
Menurut Barata (2004), pelayanan prima terdiri dari 6 unsur pokok,
antara lain :
1.
Kemampuan (Ability)
Meliputi
kemampuan dalam bidang kerja yang di tekuni, melaksanakan komunikasi yang
efektif, mengembangkan motivasi dan menggunakan puplic relations sebagai
instrument dalam membina hubungan ke dalam dan keluar organisasi atau
perusahaan.
2.
Sikap (Attitude)
Meliputi
melayani pelanggan dengan berfikir positip sehat dan logis dan melayani
pelanggan dengan sikap selalu menghargai
3.
Penampilan (Appearance)
Penampilan
(appearance) adalah penampilan seseorang, baik yang bersifat fisik
saja maupun non fisik, yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan
kredibilitas dari pihak lain.
4.
Perhatian (Attention)
Pehatian
(attention) adalah kepedulian penuh terhadap pelanggan baik yang
berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pelanggan maupun pemahaman
atas saran dan kritiknya. Meliputi mengamati dan menghargai kepada para
pelanggannya an mencurahkan perhatian penuh kepada para pelanggan.
5.
Tindakan (Action)
Tindakan
(action) adalah berbagai kegiatan nyata yang harus di lakukan dalam
memberikan layanan kepada pelanggan. Meliputi mencatat kebutuhan pelayanan, menegaskan
kembali kebutuhan pelayanan, mewujudkan kebutuhan pelanggan, menyatakan terima
kasih dengan harapan pelanggan masih mau kembali setia untuk memanfaatkan
pelayanan.
6.
Tanggung jawab (Accounttability)
Tanggung
jawab (accountability) adalah suatu sikap keberpihakan kepada pelanggan
sebagai wujud kepedulian untuk menghindarkan atau menimbulkan kerugian atau
ketidak puasan pelanggan.
Menurut Tjiptono (2008) pelayanan prima
(service excellence)
terdiri dari 4
unsur pokok, antara lain:
kecepatan, ketepatan,
keramahan, dan kenyamanan.
Unsur-unsur melayani prima, sesuai
keputusan Menpan No. 81/1993, yaitu: kesederhanaan, kejelasan dan kepastian, keamanan,
keterbukaan, efisien, ekonomis, dan keadilan yang merata.
C.
TUJUAN PELAYANAN PRIMA
1.
Untuk menimbulkan kepercayaan dan
kepuasan kepada pelanggan
2.
Untuk menjaga agar pelanggan merasa dipentingkan
dan diperhatikan
3.
Untuk mempertahankan pelanggan agar
tetap setia menggunakan barang dan jasa yang ditawarkan.
4.
Untuk memberikan pelayanan yang bermutu
tinggi kepada pelanggan.
5.
Untuk menimbulkan keputusan dari pihak
pelanggan agar segera membeli barang/jasa yang
6.
Untuk menumbuhkan kepercayaan pelanggan
terhadap pelanggan terhadap barang/jasa yang ditawarkan.
7.
Untuk menghindari terjadinya
tuntutan-tuntutan yang tidak perlu dikemudian hari terhadap produsen..
D.
PELAYANAN
PRIMA BIDANG KESEHATAN
Dalam instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.828/MENKES/VII/1999
tentang Pelaksanaan Pelayanan Prima Bidang Kesehatan, dijelaskan bahwa:
Berdasarkan aspek – aspek kesederhanaan, kejelasan, kepribadian, keamanan,
efisiensi, ekonomis, keadilan, ketepatan waktu, kebersihan, kinerja dan juga
sikap perilaku, maka pelaksanaan pelayanan prima bidang kesehatan perlu
memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
1.
Mengupayakan
paparan yang jelas melalui papan informasi atau petunjuk yang mudah dipahami
dan diperoleh pada setiap tempat / lokasi pelayanan sesuai dengan
kepentingannya menyangkut prosedur / tata cara pelayanan, pendaftaran,
pengambilan sample atau hasil pemeriksaan, biaya / tarif pelayanan serta jadwal
/ waktu pelayanan.
2. Setiap aturan tentang prosedur / tata cara / petunjuk
seperti yang tersebut diatas harus dilaksanakan secara tepat, konsisten,
konsekuen sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
3. Hak dan kewajiban pemberi atau penerima pelayanan diatur
secara jelas setiap persyaratan yang diwajibkan dalam rangka menerima pelayanan
harus mudah diperoleh dan berkaitan langsung dengan kepentingan pelayanan serta
tidak menambah beban masyarakat penerima pelayanan.
4. Tersedia loket informasi dan kotak saran bagi penerima
pelayanan yang mudah dilihat / dijumpai pada setiap tempat pelayanan. Saran
yang masuk harus selalu dipantau dan dievaluasi, bila perlu diberi tanggapan
atau tindak lanjut dalam rangka upaya perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan.
5. Penanganan proses pelayanan sedapat mungkin dilakukan
oleh petugas yang berwenang atau kompeten, mampu terampil dan professional
sesuai spesifikasi tugasnya. Setiap pelaksanaan pemberian pelayanan dan
hasilnya harus dapat menjamin perlindungan hukum dan dapat dijadikan alat bukti
yang sah.
6. Selalu diupayakan untuk menciptakan pola pelayanan yang
tepat sesuai dengan sifat dan jenis pelayanan yang bersangkutan dengan
mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaannya.
7. Biaya atau tarif pelayanan harus ditetapkan secara wajar
dengan memperhitungkan kemampuan masyarakat. Hendaknya diupayakan untuk
mengatur mekanisme pungutan biaya yang memudahkan pembayarannya dan tidak
menimbulkan biaya tinggi. Pengendalian dan pengawasan pelaksanaannya harus
dilaksanakan dengan cermat, sehingga tidak terdapat titipan pungutan oleh
instansi lain.
8. Pemberian pelayanan dilakukan secara tertib, teratur dan
adil, tidak membedakan status social masyarakat. Cakupan / jangkauan pelayanan
diupayakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata.
9. Kebersihan dan sanitasi lingkungan tempat dan fasilitas
pelayanan harus selalu dijamin melalui pelaksanaan pembersihan secara rutin dan
penyediaan fasilitas pembuangan sampah / kotoran secukupnya sesuai dengan
kepentingannya.
10. Selalu diupayakan agar petugas memberikan pelayanan
dengan sikap ramah dan sopan serta berupaya meningkatkan kinerja pelayanan
secara optimal dengan kemampuan pelayanan yang tersedia dalam jumlah dan jenis
yang cukup.
E. DIMENSI KUALITAS PELAYANAN PRIMA DI
RUMAH SAKIT
Menurut Burhanuddin Gamrin, SKM dan
M. Joeharno, SKM, dimensi pelayanan
kesehatan adalah sebagai berikut:
1.
Jumlah
Petugas
Jumlah
petugas merupakan salah satu aspek yang menunjang pelayanan kepada pasien di
rumah sakit. Keadaan petugas yang kurang menyebabkan penyelenggaraan pelayanan
dilaksanakan tidak maksimal dan kurang memenuhi kepuasan pasien atas pelayanan
yang diberikan. Selain itu, petugas sendiri akan mengalami kewalahan dalam
menjalankan tugasnya yang pada nantinya akan menurunkan tingkat kemampuan kerja
yang diberikan petugas kepada pasien di rumah sakit.
2.
Ketanggapan
petugas (Responsiveness)
Ketanggapan
petugas berhubungan dengan aspek kesigapan dari petugas dalam memenuhi
kebutuhan pasien akan pelayanan yang dinginkan. Tingkat kesigapan dari petugass
kesehatan dalam memberikan pelayanan merupakan salah satu aspek yang
mempengaruhi penilaian pasien atas mutu pelayanan yang diselenggarakan.
3.
Kehandalan
petugas (Reliability)
Kehandalan
berhubungan dengan tingkat kemampuan dan keterampilan yang dimiliki petugas
dalam menyelenggarakan dan memberikan pelayanan kepada pasien di rumah sakit.
Tingkat kemampuan dan keterampilan yang kurang dari tenaga kesehatan tentunya
akan memberikan pelayanan yang kurang memenuhi kepuasan pasien sebagai standar
penilaian terhadap mutu pelayanan.
4.
Ketersediaan
dan kelengkapan fasilitas
Fasilitas merupakan sarana bantu
bagi instansi dan tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kepada
pasien di rumah sakit. Keadaan fasilitas yang memadai akan membantu terhadap
penyelenggaraan pelayanan kepada pasien.
F.
PRINSIP
PELAYANAN PRIMA DI RUMAH SAKIT
Bentuk bentuk pelayanan prima yang seharusnya diberikan
kepada masyarakat yang berjumlah puluhan/bahkan ratusan orang setiap hari oleh
Rumah Sakit, secara teknis berbeda satu sama lain. Dari sekian ribu pelayanan
itu, hanya sedikit yang terhitung sebagai pelayanan prima, karena memenuhi
beberapa prinsip, yaitu:
1. Mengutamakan Pelanggan (Pasien)
Pelanggan (pasien), sebenarnya
adalah pemilik dari pelayanan yang diberikan di Rumah Sakit. Tanpa pelanggan
pelayanan tidak pernah ada, dan pelanggan memiliki kekuatan untuk menghentikan
atau meneruskan pelayanan itu.
Mengutamakan Pelanggan diartikan
sebagai berikut:
ü Prosedur pelayanan seharusnya
disusun demi kemudahan dan kenyamanan pelanggan (pasien), bukan untuk
memperlancar pekerjaan petugas Rumah Sakit.
ü Jika pelayanan ada pelanggan
internal dan pelanggan external, maka harus ada prosedur yang berbeda dan
terpisah keduanya. Pelayanan bagi pelanggan external harus diutamakan dari pada
pelanggan internal.
ü Jika pelayanan memiliki pelanggan
tak langsung selain langsung, maka dipersiapkan jenis-jenis layanan yang sesuai
untuk keduanya. Pelayanan bagi pelayan tak langsung perlu lebih diutamakan.
2. Sistem yang Efektif
Proses pelayanan perlu dilihat
sebagai sebuah system yang nyata, yaitu tatanan yg memadukan hasil-hasil kerja
dari berbagai unit dalam organisasi Rumah Sakit. Jika perpaduan itu cukup baik,
pelanggan (pasien) tidak merasakan bahwa mereka telah berhadapan dengan
beberapa unit yang berbeda. Dari segi design pengembangan, setiap pelayanan
selayaknya memiliki prosedur yang memungkinkan perpaduan hasil kerja dapat
mencapai batas maximum.
Pelayanan juga perlu dilihat sebagai
sebuah system lunak (soft system), yaitu sebuah tatanan yang mempertemukan
manusia yang Satu dengan yang lain. Pertemuan itu tentu melibatkan
sentuhan-sentuhan emosi, perasaan, harapan, keinginan, harga diri, nilai, sikap
dan perilaku. Agar kita dapat merebut hati konsumen, proses pelayanan sebagai
“soft system” harus berjalan efektif, artinya mampu mengungkit munculnya
kebanggaan pada diri petugas dan membentuk citra positif di mata pelanggan.
3. Nilai semangat melayani dengan hati
ü Semangat sebagai abdi Tuhan.
Ketika kita melayani orang lain sebenarnya kita sedang
melayani para utusan Tuhan yang dikirimkan secara khusus ke rumah sakit kita.
Kita akan melayani mereka dengan penuh cinta kasih bila kita merasa sebagai
hamba yang dikasihiNya, tanpa merasa kita sebagai hamba yang dikasihi Allah
maka mustahil kita mampu mengasihi orang lain
ü Semangat tanpa pamrih.
Ketika melayani, kita harus memberikannya secara tulus.
Jangan melayani karena ada motif-motif tertentu. Memperoleh keuntungan materi,
biar lebih dikenal orang atau keinginan menonjolkan diri. Jadi, ketika ada
orang yang sedang membutuhkan sesuatu, kita berusaha melayani orang tersebut
dengan penuh keikhlasan sebisa kita, bukan semau kita.
ü Semangat tidak pilih-pilih.
Pelayanan yang baik diberikan untuk semua orang tanpa
memandang tingkat ekonomi, jabatan, suku, agama atau jenis kelamin. Kita juga
diharapkan tidak pilih-pilih terhadap pelayanan yang kita lakukan. Meski
pelayanan itu bukan yang disukai tetapi kita tetap mengerjakannya dengan senang
hati.
ü Semangat memberi
Melayani berarti memberikan sesuatu bukan mendapatkan
sesuatu. Jangan pernah berpikir, kita akan mendapat apa dari pelayanan yang
kita berikan lebih-lebih berharap keuntungan. Sebab jika demikian yang terjadi,
kita hanyalah pedagang, yang selalu menghitung untung dan rugi.
4. Perbaikan Berkelanjutan
Konsumen juga pada hakikatnya
belajar mengenali kebutuhan dirinya dari proses pelayanan petugas Rumah Sakit.
Berdasarkan catatan petugas Rumah Sakit, semakin baik mutu pelayanan yang
diberikan, kadang-kadang akan menghasilkan konsumen yang semakin sulit untuk
dipuaskan, karena tuntutannya yang semakin tinggi dan meluas.
5. Memberdayakan Pelanggan
Memberdayakan pelanggan berarti
menawarkan jenis-jenis layanan yang dapat digunakan sebagai sumber daya atau
perangkat tambahan oleh pelanggan untuk menyelesaikan persoalan hidupnya
sehari-hari. Ketiga jenis pelayanan diatas memiliki peran yang sama penting
dalam menciptakan citra keprimaan dari seluruh rangkaian proses pelayanan.
6. Pelayanan Menurut Prioritas
Pengembangan
Para petugas Rumah Sakit semuanya
sudah memahami bahwa memuaskan pelanggan memang tidak mudah, dan untuk merebut
hati pelanggan perlu melakukan pengembangan dengan menambah beberapa jenis
layanan baru yang lebih menarik. Hanya saja pengembangan itu perlu terencana
dengan baik agar diperoleh hasil yang optimum. Pelayanan memiliki
tingkat-tingkat prioritas pengembangan sebagai berikut:
G. TAHAPAN PELAYANAN PRIMA DI RUMAH
SAKIT
Proses pelayanan di Rumah sakit
bukan saja meliputi kegiatan- kegiatan pada saat pasien bertatap muka secara
langsung dengan petugas pelayanan (perawat dan dokter).
Pelayanan prima adalah pelayanan
paripurna, sebelum petugas bertatap muka dengan pasien mereka harus
mempersiapkan banyak hal, seperti menata ruangan, menyiapkan bahan dan
peralatan, menyiapkan arsip/record pasien. Setelah selesai tatap muka dengan
pelanggan, petugas masih harus berbenah, merekam data pelayanan, menyusun
laporan, menyimpan arsip, mengganti peralatan, dll.
Dengan demikian, berdasarkan tahapan
pelayanan, pelayanan di Rumah Sakit dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1.
Pelayanan
pratransaksi: kegiatan pelayanan sebelum melakukan tatap muka dengan pasien.
2.
Pelayanan
saat transaksi: kegiatan pelayanan pada saat tatap muka dengan pasien.
3. Pelayanan Pasca Transaksi: kegiatan
pelayanan sesudah tatap muka dengan pasien.
H.
PERILAKU LAYANAN PRIMA DI RUMAH
SAKIT
1. Self Esteem : Penghargaan terhadap diri sendiri. Dengan pandai menghargai dirinya
sendiri, akan berpikiran dan bertindak positif terhadap orang lain, sehingga
pandai menghargai pelanggan (pasien) dengan baik.
2. Exceed Expectations (melampaui harapan) : Memberikan pelayanan dengan
melebihi apa yang diharapkan pelanggan (mematuhi dan melebihi standar) secara
konsisten.
3. Ricovery (pembenahan)
: Adanya keluhan pelanggan jangan dianggap sebagai suatu beban masalah namun
suatu peluang untuk memperbaiki atau meningkatkan diri. Apa masalahnya, dengarkan
pelanggan, kumpulkan data, bagaimana pemenuhan standarnya.
4. Vision
(visi) : Pelayanan yang prime berkaitan erat dengan visi organisasi. Dengan
budaya kerja atau budaya organisasi (Corporate Culture) atau Budaya mutu
(Quality Culture) dalam pelayanan prima, visi, impian akan dapat diwujudkan
sepenuhnya seperti yang diharapkan.
5. Improve (Perbaikan atau peningkatan) : Peningkatan mutu
pelayanan secara terus menerus (Continous Improvement) dalam memberikan
kepuasan kepada pelanggan agar tidak ditinggalkan. Karena para pesaing ingin
berusaha meningkatkan diri untuk menarik hati pelanggan. Meningkatkan diri
dapat dengan pendidikan dan latihan sebagai modal, membuat standar pelayanan
lebih tinggi, menyesuaikan tuntutan lingkungan dan pelnggan, dan merencanakan
pelayanan yang baik bersama karyawan sejak awal.
6. Care
(perhatian) : Perhatian atau perlakuan terhadap pelanggan dengan baik dan
tulus. Memenuhi kebutuhannya, memperlakukannya dengan baik, menjaga dan
memenuhi standar mutu sesuai dengan standar ukuran yang diharapkan.
7. Empower
(Pemberdayaan) : Memberdayakan agar karyawan mampu bertanggung jawab dan
tanggap terhadap persoalan dan tugasnya dalam upaya peningkatan pelayanan yang
bermutu.
I.
TINDAKAN
NYATA PELAYANAN PRIMA DI RUMAH SAKIT
1. Menyapa dan memberi salam kepada
pasien
- Ramah dan senyum manis kepada pasien
- Cepat dan tepat waktu dalam bertindak
- Mendengar dengan sabar dan aktif keluhan pasien
- Penampilan yang rapi dan bangga akan penampilan
- Terangkan apa yang anda lakukan
- Jangan lupa mengucapkan terima kasih
- Perlakukan teman sekerja seperti pelanggan
- Mengingat nama pelanggan
J. MODAL
DASAR PERAWAT DALAM PELAYANAN PRIMA
Beberapa modal dasar
perawat dalam melaksanakan pelayanan prima (Tauchid, 2001):
1.
Profesional dalam bidang tugasnya.
Keprofesionalan perawat dalam memberikan pelayanan dilihat
dari kemampuan perawat berinspirasi, menjalin kepercayaan dengan pasien,
mempunyai pengetahuan yang memadai dan kapabilitas terhadap pekerjaan
(Priharjo, 1995).
2.
Mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi.
Keberhasilan perawat dalam membentuk hubungan dan situasi
perawatan yang baik antara lain ditentukan oleh kemampuannya berhubungan dengan
orang lain, berkomunikasi dan bekerja sama (Gunarsa, 1995).
3.
Memegang teguh etika profesi
Asuhan keperawatan yang professional sangat tergantung pada
bagaimana perawat dalam melaksanakan tugas-tugasnya selaku tenaga profesional
berusaha memegang teguh etika profesi.
4.
Mempunyai emosi yang stabil
Seorang
perawat diharapkan mempunyai emosi yang masak, stabil dalam menjalankan
profesinya. Jika perawat dalam menjalankan tugasnya diiringi dengan ketenangan,
tanpa adanya gejolak emosi, maka akan memberikan pengaruh yang besar pada diri
pasien.
5.
Percaya Diri
Kepercayaan
diri menjadi modal bagi seorang perawat karena perawat dituntut untuk bersikap
tegas, tidak boleh ragu-ragu dalam melaksanakan dan memenuhi kebutuhan pasien
(Gunarsa, 1995).
6.
Bersikap wajar
Sikap
yang wajar dan tidak dibuat-buat akan memberikan makna yang besar bagi pasien
bahwa perawat dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan ketentuan keperawatan dan
profesionalismenya.
7.
Berpenampilan memadai
Perawat
dengan penampilan yang bersih, seragam yang bersih, dengan penampilan yang
segar dalam melakukan tugas-tugas perawatan diharapkan mampu mengubah suasana
hati pasien (Gunarsa, 1995).
K. HAL
– HAL YANG PERLU DIKEMBANGKAN PERAWAT DALAM PELAYANAN PRIMA
1.
Komunikasi Efektif
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat senantiasa melakukan komunikasi dengan
pasien. Oleh karena itu perawat dituntut untuk mampu melakukan komunikasi
secara efektif agar pasien dapat menerima informasi yang diberikan oleh perawat
dengan tepat. Selain dengan pasien, komunikasi juga dilakukan antar paramedis.
Komunikasi yang baik antar paramedis tidak hanya memperbaiki pelayanan yang
diterima pasien tetapi juga menjaga pasien dari bahaya potensial akibat salah
komunikasi (Sarafino, 1990).
2.
Mendengarkan Aktif
Mendengarkan
secara aktif mempunyai makna bahwa mendengar bukan untuk menjawab akan tetapi
mendengar untuk mengerti dan memahami. Dengan demikian jika perawat dalam
mendengarkan keluhan pasien tentang penyakitnya, maka perawat akan dapat
mengerti bahwa apa yang dikeluhkan merupakan kondisi yang sebenarnya, sehingga
respon yang diberikan perawat terasa tepat dan benar bagi pasien, karena
ekspresi yang muncul baik verbal maupun non verbal dari perawat sesuai dengan
keluhan dan kondisi pasien.
3.
Empati
Empati merupakan
kemampuan dan kesediaan untuk mengerti, memahami dan ikut merasakan apa yang dirasakan, apa yang dipikirkan dan
apa yang diinginkan pasien. Di dalam empati perawat diharapkan akan mengerti
dunia pasien, alam pikiran pasien atau internal frame of reference.
Di dalam empati perawat harus masuk ke dalam alur pemikiran dan perasaan pasien
tanpa terbawa oleh pasien.
L.
UPAYA MEMPERBAIKI PELAYANAN KESEHATAN
Menurut Fahriadi, SKM, M.KM ada
beberapa hal yang harus kita tanamkan dalam pikiran kita agar bisa memberikan
pelayanan yang prima. Yaitu tentang pentingnya pasien bagi para tenaga
kesehatan. Hal tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Pelanggan
(pasien) adalah tamu kita yang terpenting di tempat kerja, dia tidak
tergantung kepada kita, tapi kitalah yang tergantung kepada mereka.
2. Kita tidak memberikan pertolongan
dengan melayaninya, Dialah yang memberikan pertolongan dengan memberi
kesempatan bekerja pada kita yaitu dengan melayani kepentingannya.
3. Keluhan pasien adalah suatu
pemberian hadiah yang harus diterima dengan tulus (Complaint is a give).
4.
Lakukanlah
apa yang dapat anda lakukan dengan apa yang anda miliki ditempat anda berada.
Upaya yang bisa di lakukan oleh pihak rumah
sakit adalah membentuk tim untuk menyelediki bagaimana pelayanan kesehatan di
rumah sakit tersebut. Lalu mengevaluasinya dan memberikan tindak lanjut
M.
KASUS DAN ANALISIS
KASUS I
Saat itu saya berniat akan periksa
kesehatan dan rontgen, saya memilih rumah sakit yang bernama Rumah Sakit Paru
dr. Ario Wirawan Salatiga karena saya lebih memfokuskan pada rontgen
paru-paru. Karena belum tahu letak
tempat pendaftarannya saya menanyakan kepada salah satu satpam rumah sakit, dan
dengan sabar satpam itu menunjukkan tempatnya. Lalu setelah sampai didalam,
receptionisnya menanyakan apa yang bisa dibantu, dan akhirnya saya didata.
Mereka melayani dengan ramah dan dengan
senyum yang terlihat sangat ikhlas.
Dari proses rontgen, menunggu hasil
rontgen, tes urin hingga penjelasan yang diberikan dokter atas hasil tes,
semuanya berjalan sangat cepat dan cekatan. Ditambah lagi pegawai-pegawai rumah
sakit yang ramah-ramah membuat saya tidak berasa kalau waktu itu saya melakukan
banyak tes kesehatan. Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga yang berstatus
Badan Layanan Umum merupakan salah satu contoh pelayanan pemerintah dalam hal
ini dalam bidang kesehatan khususnya pelayanan rumah sakit, sudah cukup baik dalam memberikan pelayanannya
kepada masyarakat. Bahkan pelayanannya sudah agak bisa menyamai pelayanan rumah
sakit swasta.
KASUS II
Sore sekitar jam 04.00 saya pergi kerumah sakit karena
anak saya mengalami sakit kepala, persendian sakit dan suhu badan sangat
tinggi.Sesampai di RS ternyata kami harus menunggu ½ jam sebelum
diperiksa oleh dokter jaga. Setelah diperiksa ternyata tidak dilakukan tindakan
yang semestinya. Sementara menunggu tersebut tidak ada tindakan apapun untuk
menenangkan pasien. Setelah itu dokter
pun memeriksa anak saya, dokter terlihat bingung dan hanya memberi obat saja
padahal pasien demam tinggi dan persendiannya sakit. Kemudian saya
tanyakan mengapa tidak diinfus? Dengan berbagai alasan dokter tersebut menolak
untuk menginfus pasien. Dokter menganjurkan untuk mencari kamar rawat di bagian
pendaftaran pasien rawat inap. Namun menurut petugas ruang rawat inap ternyata
penuh, dan kami disuruh menunggu. Jadi kami terpaksa kembali ke UGD untuk
melaporkan saat ini ruangan penuh kepada dokter. Yang menjadi pertanyaan adalah
”Apa tindakan selanjutnya?”,
sedangkan kondisi pasien semakin mencemaskan. Dokter menyarankan mencari rumah
sakit lain saja, dan dengan mendongkol saya minta untuk dilakukan tindakan
infus bagi si pasien, tetapi dokter tetap menolak dengan alasan peraturan rumah
sakit tidak membolehkan tindakan infus bagi pasien yang tidak dirawat. Terjadi
adu argumentasi dan karena saya sudah tidak lagi dapat menahan rasa marah
karena dokter tersebut tidak mau meinfus anak saya yang keadaanya sudah
kesakitan. Saya langsung pergi meninggalkan RS dan mencari RS yang lain.
URAIAN KASUS
Dua contoh kasus diatas merupakan satu kegiatan yang sama
namun dengan pelaksanaan yang sangat jauh berbeda. Pada kasus 1 setelah keluar
dari tempat tersebut klien akan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan.
Namun pada kasus 2 klien pasti akan merasa kecewa dan mungkin akan berjanji
tidak akan datang kesana lagi. Disinilah pentingnya pelayanan prima pada
pasien/klien.
Pelayanan prima yang dimaksudkan adalah dengan cara
1. Membuat
pelanggan merasa penting,
2.
Melayani pelanggan dengan ramah, tepat dan cepat.
3.
Pelayanan dengan mengutamakan kepuasan pelangan.
4.
Menempatkan pelanggan sebagai mitra.
Dengan
diberikan pelayanan prima artinya diberikan pelayanan yang sesuai standar mutu
yang memuaskan dan sesuai harapan atau melebihi harapan dari klien.
Disini petugas
kesehatan harus bertitik tolak dari konsep kepedulian kepada klien. Sehingga
didapatkan pelayanan yang berorientasi kepada klien dan mampu memberikan
kepuasan yang optimal. Ingat watak pelanggan (klien) “jika ia puas maka ia akan datang kembali kepada kita, namun jika ia
kecewa maka ia akan menceritakan kekecewaannya kepada 10 orang dan tiap 1 orang
tersebut akan menceritakan kepada 5 orang lainnya”
Jadi kesimpulannya, dokter, perawat, maupun petugas kesehatan lainnya harus
tahu bagaimana pelayanan prima yang baik, apa itu pelayanan prima, apa
tujuannya, apa manfaatnya dan apa konsep konsep pelayanan prima tersebut. Bukan
hanya sekedar mengetahuinya saja. Tetapi, juga harus mempraktekannya
dilapangan bagaimana memberikan
pelayanan yang baik. Supaya tidak terjadi lagi kasus kasus yang tidak
diinginkan.
REFERENSI
PDF JURNAL PSIKOLOGI oleh Hadjam, M Noor Rochman. 2001. Efektivitas Pelayanan Prima Sebagai
Upaya Meningkatkan Pelayanan Di Rumah Sakit (Perspektif Psikologi). Yogyakarta
: Penerbit UGM
No comments:
Post a Comment