ASIDOSIS
Asidosis adalah suatu keadaan adanya peningkatan asam
didalam darah yang disebabkan oleh berbagai keadaan dan penyakit tertentu
yang mana tubuh tidak bisa mengeluarkan asam dalam mengatur keseimbangan asam
basa. Hal ini penting untuk menjaga keseimbangan fungsi sistem organ tubuh
manusia.
Gangguan keseimbangan ini dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok besar yaitu metabolik dan respiratorik. Ginjal dan paru merupakan dua
organ yang berperan penting dalam pengaturan keseimbangan ini. ( Siregar P et.
al, 2001 )
I.
ASIDOSIS METABOLIK
Asidosis metabolik
merupakan suatu kondisi dimana tubuh memproduksi terlalu banyak asam, atau bila
ginjal tidak mengeluarkan cukup asam dari tubuh.
Jenis asidosis metabolik :
a. Asidosis diabetes (juga
disebut ketoasidosis diabetik dan DKA) terjadi ketika zat yang dikenal sebagai
badan keton (bersifat asam) tidak terkontrol. Untuk mencegah tipe ini dapat dilakukan
dengan cara menjaga diabetes tipe I tetap berada dibawah kontrol.
b.
Asidosis laktik yaitu suatu keadaan ketika terjadi penumpikan
asam lemak.
Asidosis metabolik
dapat disebabkan oleh beberapa penyebab umum seperti :
a.
Kegagalan
ginjal untuk mengekresikan asam metabolik yang normalnya dibentuk di tubuh.
b.
Pembentukan
asam metabolik yang berlebihan dalam tubuh.
c.
Penambahan
asam metabolik kedalam tubuh melalui makanan
d.
Kehilangan
basa dari cairan tubuh (faal)
Kebanyakan gejala yang disebabkan oleh penyakit yang mendasari
asidosis metabolik adalah pernapasan mengalami percepatan, kebingungan atau
kelesuan dapat juga terjadi. Asidosis metabolik yang parah dapat menyebabkan
syok atau kematian dan dalam beberapa situasi, asidosis metabolik dapat menjadi
kondisi ringan, kronis (berlangsung).
Faktor resiko asidosis metabolik antara lain kondisi dimana banyak plasma dengan asam metabolik (Gangguan
ginjal, DM), kondisi tejadi penurunan bikarbonat (diare), cairan infus yang
berlebihan. (NaCl), napas berbau, napas Kussmaul (dalam dan cepat), letargi, sakit
kepala, kelemahan, dan disorientasi.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain :
a. Mengambil riwayat gizi dari
pasien untuk menilai tingkat kekurangan gizi.
b. Menilai lebih lanjut dengan
melakukan penilaian fisik pada hatin dan denyut jantung
c. Memeriksa tekanan darah dan
suhu badan.
d. Menilai pola pernapasan dan
mengecek tingkat kesadaran.
e. Meninjau catatan medis untuk
tes laboratorium yang menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit seperti
hiperkalemia dan pembacaan pH normal.
II. ASIDOSIS RESPIRATORIK
A.
Pengertian
Asidosis respiratorik atau kelebihan asam karbonat merupakan gangguan klinis dimana PH kurang
dari 7,35 dan tekanan parsial karbondioksida arteri (PaCO2) lebih besar dari 42
mmHg. Kondisi ini terjadi akibat tidak adekuatnya ekskresi CO2 dengan tidak
adekuatnya ventilasi sehingga mengakibatkan kenaikan kadar CO2 plasma.
B.
Klasifikasi
1.
Asidosis Respiratori Akut
Terjadi jika komponen ginjal belum berjalan dan HCO3- masih
dalam keadaan normal. Seperti pada edema pulmonal akut, aspirasi benda asing,
atelektasis, pneumutorak, syndrome tidur apnea, pemberian oksigen pada pasien
hiperkapnea kronis (kelebihan CO2 dalam darah), ARSP.
2.
Asidosis Respiratorik Kronis
Terjadi jika kompensasi ginjal telah berjalan dan
HCO3- telah meningkat. Terjadi pada penyakit pulmunari seperti emfisema kronis
dan bronchitis, apnea tidur obstruktif.
C. Etiologi
1.
Hambatan pada pusat pernafasan di
medula oblongata
2.
Gangguan otot-otot pernafasan dan
dinding dada.
3. Gangguan pertukaran gas
4. Obstruksi saluran nafas atas yang akut.
5. Hipofentilasi dihubungkan dengan penurunan
fungsi pusat pernafasan seperti trauma kepala, sedasi berlebihan, anesthesia
umum, alkalosis metabolic
D.
Manifestasi
klinis
1.
Hiperkapnea mendadak (kenaikan PaCO2) dapat
menyebabkan peningkatan frekuensi nadi dan pernafasan, peningkatan tekanan
darah, kusust piker, dan perasaan penat pada kepala.
2.
Peningkatan akut pada PaCO2 hingga mencapai 60
mmHg atau lebih mengakibatkan : somnolen, kekacauan mental, stupor, dan
akhirnya koma, juga menyebabkan sindrom metabolic otak, yang dapat timbul asteriksis
(flapping tremor) dan mioklonus (kedutan otot).
3.
Retensi O2 menyebabkan vasodilatasi pembuluh
darah otak, maka kongesti pembuluh darah otak yang terkena menyebabkan
peningkatan tekanan intra cranial dan dapat bermanifestasi sebagai papilladema
(pembengkakan dikus optikus yang terlihat pada pemeriksaan dengan optalmoskop).
4.
Hiperkalemia dapat terjadi sebagai akibat
konsentrasi hydrogen memperburuk mekanisme kompensatori dan berpindah kedalam
sel, sehingga menyebabkan kalsium keluar dari sel.
E.
Pemeriksaan
diagnostic
1. Analisa
gas darah memperlihatkan PaCO2 meningkat, lebih besar dari 45 mmHg (karena
peningkatan CO2 adalah peyebab masalah).
2. Untuk
asidosis yang berlangsung lebih dari 24 jam, maka kadar bikordinat plasma akan
meningkat, lebih dari 26 mEa/e, yang mencerminkan kenyataan bahwa ginjal sedang
mengekresikan lebih banya H+ dan menyerap lebih banyak baja.
3. Apabila
kompensasi ginjal berhasil, maka PH plasma akan rendah, tetapi berada pada
rentang normal. Apabila kompensasi tidak berhasil maka PH memperlihatkan
konsentrasi H+ yang tinggi (< 7,35).
4. PH
urine akan menjadi asam (menurun 6,0).
5. PO2
sama dengan normal atau mengalami penurunan.
6. Saturasi
O2 sama dengan menurun.
7. Kalium
serum sama dengan normal atau meningkat.
8. Kalsium
serum sama dengan meningkat.
9. Klorida
sama dengan menurun, Asam laktat sama dengan meningkat.
10.
Roentgen dada untuk menentukan segala penyakit
pernafasan.
11.
Pemeriksaan EKG : untuk mengidentifikasi segala
keterlibatan jantung sebagai akibat PPOK.
F.
Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Diarahkan Untuk Memperbaiki Ventilasi Efektif Secepatnya Dengan :
§
Pengubahan posisi dengan kepala tempat tidur
keatas atau posisi pasien dalam posisi semi fowler (memfasilitasi ekspansi
dinding dada).
§
Latih untuk nafas dalam dengan ekspirasi
memanjang (meningkatkan ekshalosi CO2).
§
Membantu dalam ekspektorasi mucus diikuti dengan
penghisapan jika diperlukan (memperbaiki fentilasi perfusi).
2. Pemberian
preparat farmakologi yang digunakan sesuai indikasi. Contohnya : bronkodilator
membantu menurunkan spasme bronchial, dan antibiotic yang digunakan untuk
infeksi pernafasan.
3. Tindakan
hygiene pulmonary dilakukan, ketika diperlukan, untuk membersihkan saluran
pernafasan dari mucus dan drainase purulen.
4. Hidrasi
yang adekuat (2-3e/hari) diindikasikan untuk menjaga membrane mukosa tetap
lembab dan karenanya memfasilitasi pembuangan sekresi.
5. Kadar
O2 yang tinggi (750%) aman diberikan pada pasien selama 1-2 hari bilamana tidak
ada riwayat hiperkapnea kronik.
6. Ventilasi
mekanik, mungkin diperlukan jika terjadi krisis untuk memperbaiki ventilasi
pulmonary.
7. Pemantauan
gas darah arteri secara ketat selama perawatan untuk mendeteksi tanda-tanda
kenaikan PaCO2 dan kemunduran ventilasi alveolar.
Sumber :
https://www.forbetterhealth.files.wordpress.com/2009/02/a001-asidosis-respiratori.pdf
No comments:
Post a Comment